LENGKONG, AYOBANDUNG.COM – Pasar Baru Trade Center merupakan salah satu pusat perbelanjaan tertua yang masih eksis hingga saat ini.
Berada di pusat Kota Bandung tepatnya di Jalan Otto Iskandar Dinata No. 70, Pasar Baru menjadi tempat yang strategis untuk melakukan aktivitas jual beli yaitu berada di dekat Alun-Alun Bandung dan Stasiun Kereta Api Bandung.
Tak ayal, Pasar Baru menjadi pasar yang selalu ramai dikunjungi masyarakat. Terlebih lagi, Pasar Baru sendiri memiliki keunikan pada bangunannya yang bernuansa jadul ,yang menarik wisatawan domestik maupun non-domestik.
Meski begitu ramai, di balik ramainya Pasar Baru sebenarnya tersimpan sejarah menyedihkan. Sudah Tahu?
Berdasarkan rangkuman Ayobandung.com dari berbagai sumber, ketika masa kolonial Belanda masih menduduki Indonesia, Pasar Baru dinamakan Pasar Baroeweg dan berpusat di daerah Ciguriang (sekitar Jalan Kepatihan). Pasar Baru mulai didirikan setelah adanya kerusuhan dan kebakaran yang terjadi di Pasar Ciguriang pada 30 Desember 1842.
Kisah kerusuhan dan pembakaran Pasar Ciguriang tercatat buku berjudul Wawacan Carios Munada karya Edi S. Ekadjati, dkk. Diceritakan peristiwa ini disebabkan oleh tindakan sengaja seorang pedagang kecil yang terlilit hutang bernama Munada.
Munada digambarkan sebagai orang yang cakap berbicara sehingga berhasil mendekati Asisten Residen Bandung Carl Wilhelm August Nagel untuk memberikan modal bisnis menjadi kontraktor penyedia hewan seperti kuda, kerbau dan dokar untuk transportasi.
Namun, akibat kebiasaan buruk Munada yang suka menghambur-hamburkan uang untuk berjudi, bermain perempuan, bahkan menghisap candu, ia pun terlilit hutang sebesar tiga ratus gulden. Jika dihitung, jumlah ini setara dengan 300 juta rupiah pada masa sekarang. Hal inilah yang membuat Nagel memburu Munada untuk menagih hutangnya yang sudah jatuh tempo.
Terdapat dua versi alasan kenapa Munada membakar Pasar Ciguriang. Ketiga versi ini tercantum dalam buku Wawacan Carios Munada.
Menurut versi Sajarah Timbanganten, Munada membakar Pasar Ciguriang karena bersekongkol dengan Jaksa Kepala, Raden Demang Mangunagara, untuk membunuh Nagel.
Sementara dalam versi Babad R.A.A Martanagara, Munada membakar pasar Ciguriang untuk memenuhi syarat supaya Jaksa Kepala mau membantu melunasi hutang Munada.
Munada membakar pasar Ciguriang pada pagi hari. Nagel dan ajudannya beserta bupati Bandung Wiranata Kusuma III (1829-1846) segara meringkus Munada. Nahas, saat kebakaran itu terjadi, Nagel tewas ditikam oleh Munada.
Akibat peristiwa itu, hampir setengah abad aktivitas jual-beli di Pasar Ciguriang menjadi terganggu lantaran tak ada lokasi tetap untuk para pedagang menjalankan usahanya.
Para pedagang asli Bandung ataupun luar Bandung mulai membentuk area perdagangan di sekitar Jalan Otto Iskandar Dinata dan Jalan ABC. Barulah area ini kemudian dikenal sebagai Pasar Baharoe. Untuk menyuburkan kembali roda perekonomian, pemerintah Hinda Belanda meresmikan Pasar Baru dengan status pasar semi-permanen pada tahun 1906.