Jerit Seniman Kuda Renggong Ujungberung saat Pandemi

Pandemi covid-19 membuat hampir semua sektor terimbas. Salah satunya adalah seniman kuda renggong di Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung. (Ayobandung.com/Mildan Abdalloh)
UJUNGBERUNG,AYOBANDUNG.COM -- Pandemi covid-19 membuat hampir semua sektor terimbas. Salah satunya adalah seniman kuda renggong di Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung.
Satu tahun terakhir atau semenjak pandemi covid-19 melanda, seniman kuda renggong di Ujungberung menjerit.
Usep (38) salah seorang seniman kuda renggong mengatakan, selama pandemi covid-19, dirinya sama sekali tidak mendapat undangan untuk tampil.
"Orang yang hajatan tidak ada yang nanggap kuda renggong. Pada takut soalnya," ujar Usep, Kamis 8 April 2021.
Kuda renggong merupakan kesenian yang merakyat di wilayah Timur Bandung. Setiap pesta khususnya khitanan di wilayah Timur Bandung seperti Ujungberung, Cibiru, Cilengkrang, Cileunyi dan sekitarnya selalu mengundang seniman kuda renggong.
Namun setahun terakhir, pemerintah melarang atau membatasi pesta yang berpotensi menimbulkan kerumunan. Sejak itulah, seniman kuda renggong kehilangan pendapatan.
Pada saat situasi sedang normal, seniman kuda renggong kerap kebanjiran undangan. Usep mengatakan, dalam satu pekan bisa mendapat undangan 2-4 kali.
ayo baca
"Setiap diundang dalam hajatan, dibayar Rp500.000 tergantung jarak. Kalau tempatnya jauh yang harus menyewa mobil untuk bawa kuda, bisa sampai Rp800.000,"katanya.
Sepinya orderan membuat seniman kuda renggong menjerit. Pasalnya, kuda harus diberi makan dan ramuan tertentu.
"Minimal sehari itu harus ada uang Rp20.000 untuk pakan, itu juga kalau mau mencari rumput sendiri. Belum lagi setiap dua pekan, kuda harus dimandikan dengan ramuan supaya ototnya tidak kendur," katanya.
Selama setahun terakhir, seniman kuda renggong terpaksa menjajakan kudanya di komplek-komplek untuk jadi sewa tunggang.
"Di komplek kalau sedang ramai bisa dapat Rp200.000, tapi kalau sedang sepi dapat Rp50.000 juga sudah untung," katanya.
ayo baca
"Pemutus rejeki itu bukan Allah, tapi covid-19," imbuhnya.