Oray Liong, Kesenian Asal Jatinangor yang Lambat Tersohor

Junaedi dan Kepala Oray Liong di Desa Jatimukti, Kecamatan Jatinangor. (Ayobandung.com/Uray Arulsyah Muhammad/Magang)
BANDUNG, AYOBANDUNG.COM -- Tak jarang kesenian khas daerah punah karena tak ada yang melestarikan. Kesenian oray liong dari tanah Jatinangor, misalnya. Kini terseok-seok dan terus didorong agar tetap lestari.
Kesenian oray liong memiliki keunikan tersendiri. Sekilas wujudnya mirip dengan kesenian barongsai dari Cina. Kemiripan oray liong dan barongsai dapat dilihat dari bentuk ular naga atau liong-nya.
Meski sedikit mirip, oray liong dan barongsai berbeda dari segi alat musik yang dipakai untuk mengiringi pertunjukannya.
Kesenian liong sering dijumpai dalam acara ulang tahun di daerah Jatinangor. Sama halnya dengan barongsai, liong pun memiliki musik pengiring untuk meramaikan atraksinya. Alat musik yang biasa digunakan untuk mengiringi liong adalah genjring, tambur, kenong, dan lainnya.
Dalam sekali atraksi, kesenian oray liong membutuhkan kurang lebih 30 orang pemain. Dibutuhkan sekitar 5 orang untuk memainkan badan liong, satu untuk membawa tongkat mustika, dan sisanya menjadi pemain musik untuk mengiringi.
Pelaku seni dan pembuat alat-alat kesenian oray liong bisa ditemui di Desa Jatimukti, Jatinangor. Salah satunya adalah Junaedi, pelaku seni sekaligus pembuat alat kesenian liong. Junaedi merupakan koordinator Seni Naga Pusaka Buhun Anom.
Ia mengatakan, kesenian ini sering tampil dalam acara HUT Jatinangor. Tak hanya itu, oray liong juga banyak muncul di acara hajatan, peringatan 17 Agustus, dan festival seni lainnya.
Selain di daerah Jatinangor, kesenian liong ini sudah beberapa kali tampil di Bandung dan daerah Jawa Barat lainnya.
Junaedi mengatakan, kesenian tersebut sudah ada sejak 1919. Saat itu, anak Ratu Wilhelmina dari Belanda ingin mengadakan pawai kesenian. Lalu disebarkanlah perintah untuk setiap desa agar mengirimkan keseniannya dalam pawai tersebut.
Dari situ masyarakat Jatinangor akhirnya menciptakan oray liong. “Waktu itu abah Juki memiliki kenalan orang Cina. Lalu, dari orang Cina tersebut, masyarakat Jatinangor belajar mengenai kesenian oray liong,” ujar Junaedi saat ditemui Ayobandung.com, Selasa, 6 April 2021.
Menurut Junaedi, oray liong berbentuk ular raksasa, sedangkan barongsai adalah naga. Dari jumlah pemainnya pun berbeda. Pemegang tubuh liong dibutuhkan lebih banyak orang daripada pemain barongsai, karena tubuh liong biasanya memiliki panjang hingga 12 meter.
Pada tahun ini, masyarakat Jatinangor memiliki inovasi baru untuk mengembangkan sisi kreatif dari daerahnya, yaitu naga renggong. Naga renggong sama persis seperti singa padepokan, mulai dari cara bermain dan bentuk fisiknya. Namun, ada beberapa keunikan atau ciri khas yang dikeluarkan dari naga renggong ini.
Meski demikian, masyarakat luas ternyata masih banyak yang belum mengetahui kesenian oray liong. Mungkin hanya sebagian masyarakat Jatinangor dan Sumedang saja yang tahu. Masyarakat dan pemerintah seharusnya tidak enggan membantu mengangkat kesenian oray liong ini.
Dengan begitu, oray liong yang sudah mencapai generasi ke-4 milik Junaedi ini tidak akan punah. Mereka ingin terus lestari dan menjaga kesenian warisan nenek moyangnya. (Uray Arulsyah Muhammad)