Mengapa Keju Swiss Berlubang?

Keju Swiss yang berlubang karena adanya reaksi dari bakteri P shemanii. (lipefontes0/Pixabay )
LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- Ada banyak jenis keju di dunia ini dengan warna, bentuk, rasa, tekstur, dan nilai gizi yang berbeda-beda. Keju diketahui berbahan baku susu, seperti susu sapi, kambing, atau domba. Bahkan ada juga keju yang terbuat dari susu unta, kerbau, dan rusa.
Dalam pembuatan keju perlu adanya penambahan bakteri ke dalam susu. Reaksi kimia yang muncul akan membuat susu menjadi dadih. Air dadih atau whey akan dikeringkan menjadi bubuk.
Bakteri yang dimasukkan ke dalam susu akan mempengaruhi rasa dan tekstur keju. Pada keju Swiss, susu sapi juga dicampur bakteri agar menjadi padat.
Lalu mengapa keju swiss berlubang?
Dilansir dari The Conversation, lubang pada keju Swiss disebut dengan 'mata'. 'Mata' ini menjadi ciri khas yang penting dalam keju Swiss. Jika keju tidak berlubang, maka para pembuat akan menyebutnya sebagai keju 'buta' karena tak memiliki 'mata'.
Sebenarnya, yang membuat keju Swiss berlubang adalah bakteri yang disebut Propionibacterium freudenrichii subspesies shermanii atau P. shemanii. Dalam kondisi tertentu, P. shermanii menghasilkan gas karbon dioksida.
Karena keju Swiss dibuat pada suhu hangat, sekitar 70 derajat Fahrenheit, teksturnya menjadi lembut dan mudah dibentuk. Jadi saat bakteri tumbuh, gas yang dikeluarkan akan membuat lubang pada keju.
Dibutuhkan sekitar empat minggu pada suhu 70 derajat Fahrenheit agar lubang terbentuk. Meski keju kemudian didinginkan dalam suhu 40 derajat Fahrenheit, lubang di dalamnya tetap tak berubah.
Keju Swiss pertama kali dibuat pada abad ke-15, yang dikenal dengan sebutan "emmental" atau "emmentaller."
Banyak negara yang memiliki keju seperti keju Swiss, yakni Prancis dengan Gruyere, Italia dengan Fontina, Amerika Serikat dengan Baby Swiss, dan Belanda dengan Gouda.