Para Perajin Wayang Golek yang Bertahan di Masa Sulit

Wayang Golek Cupumanik. (Kavin Faza)
LENGKONG, AYOBANDUNG.COM – Pengrajin wayang golek yang masih bertahan di Bandung bisa dihitung dengan jari. Masa pandemi ini para pengrajin jelas terkena dampaknya. Kunjungan turis sudah tidak ada. Otomatis pemasukan bagi mereka jadi berkurang.
Tapi, para pengrajin itu ada yang masih bertahan, utamanya untuk memasok suvenir dan cendera mata kebutuhan lokal.
Di bawah ini merupakan beberapa pengrajin wayang golek di Bandung dan sekitarnya yang masih berproduksi meski di masa sulit.
Galeri Seni Ruhiyat Wooden Puppet & Mask
Galeri ini beralamat di Jalan Homan, Kota Bandung. Dikelola oleh Tatang Heryana (67). Tatang merupakan pengrajin wayang golek generasi kedua yang menggeluti seni memahat dan melukis wayang. Tatang melanjutkan bakat yang diturunkan sang ayah, almarhum Ruhiyat untuk melestarikan budaya Sunda.
Pada masa keemasannya, wayang buatan Tatang bisa sampai ke Eropa dan bertahan di sana selama puluhan tahun karena kualitas bahan yang digunakan adalah yang terbaik. Di tangan ayahnya (Ruhiyat) wayang golek juga sempat menjadi cendera mata Istana saat kepresidenan Ir. Soekarno.
Pembuatan wayang berbahan dasar kayu albasiah telah dilakoni Tatang sejak 1964. Wayang golek itu dijual mulai dari Rp15.000 hingga Rp850.000 tergantung ukuran dan tingkat kesulitan serta telah dipasarkan di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Bali, Batam, dan Jakarta hingga ke mancanegara seperti Prancis, Belanda, dan Jerman.
Galeri Wayang Golek Cupumanik, Jalan Kebon Kawung, Kota Bandung
Beberapa pengrajin menyelesaikan produksi wayang golek modifikasi di Galeri Wayang Golek Cupumanik, Jalan Kebon Kawung, Kota Bandung. Parap pengrajin wayang golek dari galeri ini telah merintis usahanya sejak tahun 80-an dan mampu menyelesaikan sebanyak 100 buah per minggu.
Harganya dijual mulai dari Rp20.000 hingga Rp4 juta tergantung tingkat kesulitan dan ukuran. Pemasarannya ke Bali, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya hingga ke pasar mancanegara seperti Belanda, Jepang, Inggris, dan Amerika.
Wayang Golek Modifikasi yang dibanderol senilai Rp200.000 hingga Rp4 juta tersebut merupakan hasil inovasi. Aneka ragam buah tangan bertema wayang golek dibikin sehingga mampu mengikuti zaman serta bertahan di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini.
Galeri Bale Pakuan Heubeul Isuk, Soreang
Patung wayang golek Cepot yang terkenal dengan wajah merah berdiri setinggi dua meter di depan sebuah toko sederhana berdinding bambu. Patung cepot itu menjadi penanda bagi yang melewati Kampung Heubeul Isuk Jalan Raya Soreang-Ciwidey bahwa ada toko kerajinan wayang golek di sana. Toko kerajinan itu bernama Bale Pakuan. Pemiliknya Nanang Tariana.
Nanang mengaku mempelajari ilmu membuat wayang golek secara otodidak. Ia tidak pernah mengenyam pendidikan khusus. Hanya saja ayahnya adalah seorang dalang di Soreang.
Dalam membuat wayang, ia dibantu oleh tiga orang warga lainnya di desa itu. Ketiga rekannya itu biasanya hanya membuat sesuai pesanan Nanang dan mengerjakan pesanan di rumah mereka masing-masing. Nanang biasanya hanya minta dibuatkan bagian-bagian tertentu dari wayang golek, seperti bagian kepala, tangan, dan badan wayang atau pakaian wayang.
Untuk biaya, pembuatan bagian kepalanya saja, Nanang harus memberi rekannya itu upah sebesar Rp 100 ribu. Kepala memang termasuk yang paling mahal karena tingkat kerumitan ukiran. Selain itu, pengrajin juga harus membuat bentuk wajah yang identik. Sedang untuk pembuatan pakaiannya saja, upahnya Rp75 ribu.
Nanang biasa melayani pesanan untuk keperluan pagelaran dan suvenir. Banyak dalang yang minta dibuatkan wayang olehnya. Selain itu, beberapa galeri yang ada di Bandung juga sering memesan kerajinan darinya. Ada juga turis asing dan lokal yang membeli wayang golek di tokonya saat mereka melintas hendak ke Ciwidey.
Harga wayangnya sendiri yang termurah adalah wayang golek Cepot untuk suvenir, yaitu Rp 20 ribu. Untuk yang termahal bisa mencapai Rp 3 juta, yaitu wayang Arimba yang biasa digunakan untuk pagelaran.

Galeri Hendra SUKATANI, Purwakarta
Hendra tampak masih mengukir kayu di rumahnya. Tangannya teliti menciptakan karakter-karakter wayang golek Pandawa Lima dan Panakawan. Hendra menjadi salah satu perajin wayang golek yang masih tersisa di Kabupaten Purwakarta.
Pria berusia 45 tahun itu menggeluti kerajinan wayang golek sejak berusia 12 tahun. Setiap hari dia membuat wayang tersebut di rumahnya, di Kampung Malangnengah, Desa Malangnengah, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta.
Jenis wayang yang sering Hendra buat, yaitu Pandawa Lima dan Panakawan. Menurutnya, kedua wayang tersebut paling diminati atau paling banyak dipesan oleh konsumen.
Harga wayang golek yang Hendra buat disesuaikan dengan ukuran. Ukuran nomor 7 lebar 3 cm dan tinggi 20 cm Rp5.000. Sementara ukuran paling tinggi yaitu nomor 1 dengan lebar 20 cm dengan tinggi 80 cm Rp200.000-300.000 untuk satu wayang.
Hendra kerap menerima pesanan dari konsumen di luar ukuran, misal gantungan kunci atau ukuran wayang golek lebih besar dan tinggi melebihi ukuran nomor 1.
"Untuk harga itu merupakan harga wayang golek biasa, kalau kualitas super wayang golek nomor 1 yaitu sekitar Rp1 juta, perbedaannya dari asesories dan ukiran," kata dia.
Ia mengatakan, wayang golek miliknya pernah dikirim ke luar kota bahkan ke luar pulau Jawa, antara lain, Bali dan Yogyakarta, sementara luar kota, yaitu Karawang, Bekasi, Bandung, dan Jakarta.
Galeri Anis Kampung Citapen, Sukatani, Purwakarta
Usia senja tak menyurutkan semangat untuk melestarikan kearifan lokal Indonesia, khususnya Jawa Barat. Adalah Anis Warga Kampung Citapen Rt08/ 03 Desa Sukajaya Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta tetap menekuni kerajinan wayang golek.
Melalui keahlian tangannya wayang golek berbahan dasar kayu lame itu disulap menjadi berbagai macam aksesoris yang mampu menarik perhatian pembeli.
Bahan dasar putihan aksesoris wayang golek pulpen, gantungan kunci, dan maskot dia peroleh dari pengrajin desa tetangga. Wayang putihan itu kemudian diwarnai menggunakan cat kayu dan diseragami untuk aksesoris wayang golek maskot.
Perempuan berusia 50 tahun itu menekuni bermacam-macam aksesoris wayang golek tersebut sejak tahun 1995.
Dia mengaku tetap konsisten melestarikan kebudayaan Sunda ini selain menjadi mata pencaharian juga ingin mempertahankan kearifan lokal khas Jabar.
Anis mengiri aksesoris wayang golek ke luar kota satu atau dua bulan sekali. jumlahnya tidak menentu tergantung pesanan. Namun, kata Anis setiap kali pengiriman tidak kurang dari 5.000.
Ia mengatakan, harga aksesoris wayang golek ini bervariasi. Rp8.000-10.000 untuk satu buah wayang maskot, wayang pulpen, dan gantungan kunci Rp6.000.