Buzzer, Barcagate, dan Bobroknya Bartomeu di Barcelona

Mantan presiden Barca, Josep Maria Bartomeu, ditangkap di rumahnya, atas dugaan skandal Barcagate dan penyewaan buzzer. (Wikimmedia Commons (CC)/Roderic Alves)
BARCELONA, AYOBANDUNG.COM — Skandal Barcagate mulai mengemuka lantaran adanya dugaan Barcelona membayar postingan di media sosial, untuk meremehkan para pemain superstar Barca yang menentang rezim Bartomeu.
Singkatnya, mereka menyewa buzzer. Praktik ini ditujukan kepada beberapa pemain, termasuk Lionel Messi dan Gerard Pique.
Sejumlah nama petinggi klub berjuluk Los Azulgrana itu diselidiki atas keterlibatannya dengan skandal Barcagate. CEO Oscar Grau dan pengacara Roman Gomez Ponti ditangkap oleh pihak kepolisian di Camp Nou. Sementara mantan direktur Barca Jaume Masferrer dan mantan presiden Barca, Josep Maria Bartomeu, ditangkap di rumahnya.
Klub Catalunya itu telah berubah, semenjak ditangani oleh Bartomeu. Dari duduk nyaman di atas singgasana sepak bola Eropa, menjadi sebuah tim yang tengah menghadapi krisis keuangan dan olahraga yang sangat besar.
Bartomeu terpilih sebagai presiden Barcelona beberapa hari setelah Barcelona mengangkat trofi Liga Champions (2015); dan sejak itu tim tersebut belum berhasil mencapai level tertinggi lagi.
Mulanya, Bartomeu yang berada di kursi atas pimpinan Barca telah menutup perjanjian sponsor dengan Qatar Airways. Didorong oleh kesuksesan Liga Champions, Bartomeu bersedia untuk menegosiasikan kembali kesepakatan tersebut dengan maksud untuk mendapatkan deal yang lebih baik. Bagaimanapun, kesepakatan yang dicapai dan kemitraan antara Barcelona dengan Qatar tidak terjadi ada lagi.
Sementara itu, di level olahraga, Blaugrana menghabiskan jutaan euro untuk mengontrak pemain-pemain seperti Arda Turan, Aleix Vidal, Lucas Digne, Paco Alcacer, Andre Gomes, dan Samuel Umtiti, dengan tidak ada yang berhasil di klub tersebut.
Pada saat yang sama, Bartomeu menawarkan uang besar kepada pemain seperti Jordi Alba, Sergio Busquets, Gerard Pique, dan Luis Suarez. Alhasil, Barcelona menjadi klub dengan tagihan gaji tertinggi di sepak bola Eropa dan entitas yang mendapat pukulan paling keras selama pandemi Covid-19.
ayo baca
Pukulan paling telak datang pada musim panas 2017 ketika PSG, klub milik Qatar Sports Investments (QSI), merebut Neymar setelah memicu klausul pembelian striker Brasil itu.
Barcelona mendapatkan banyak uang untuk kepindahan Neymar, tetapi sekali lagi gagal berinvestasi dengan benar. Mereka mengontrak Ousmane Dembele dan Philippe Coutinho. Tidak ada yang berhasil mengisi kekosongan pemain Brasil itu.
Sementara itu, Real Madrid memenangkan tiga trofi Liga Champions berturut-turut dan Barcelona menghadapi eliminasi bencana di tangan AS Roma dan Liverpool.
Satu tahun setelah menjadi presiden Barcelona, Bartomeu pun diduga bersalah atas dua kejahatan terhadap badan pajak yang berasal dari penandatanganan Neymar.
Baik mantan presiden Barcelona, Sandro Rosell dan Bartomeu, terbukti tidak bersalah, tetapi citra klub rusak parah. Daftar musuh Bartomeu bertambah saat Barcelona mengadakan pertandingan melawan Las Palmas secara tertutup pada hari referendum Catalunya.
Skandal terakhir yang melibatkannya adalah Barcagate, dengan ia dituduh menyewa perusahaan agensi sosial media untuk merusak reputasi orang dan entitas tertentu dengan dana klub. Sebelum hengkang dari Barcelona, ia juga sempat memperburuk hubungannya dengan beberapa pemain, termasuk Lionel Messi.
ayo baca
Pemain Argentina itu mengkritik Bartomeu melalui wawancaranya, mengeluhkan bahwa mantan presiden Barcelona itu telah membohonginya dalam banyak kesempatan. Musim panas lalu, Messi meminta untuk dibebaskan oleh klub dan dia belum mencapai kesepakatan, dengan kontraknya saat ini berjalan hingga Juni mendatang. [*]
Berita ini merupakan hasil kerja sama antara Ayo Media Network dan Republika.co.id.
Isi tulisan di luar tanggung jawab Ayo Media Network.