Mamut Berusia 1,2 Juta Tahun Miliki DNA Tertua di Bumi

Ilustrasi mamut Kolombia (Mammuthus columbi), yang disebutkan mirip dengan mamut tertua Krestovka. (Wikimmedia Commons)
STOCKHOLM, AYOBANDUNG.COM — Berdasarkan temuan yang dipublikasikan di jurnal Nature, para ahli yakin bahwa telah ditemukan DNA tertua dari seeokor mamut yang pernah hidup di Bumi ini.
Materi genetik itu mereka peroleh dari gigi yang berasal dari tiga mamut, yang ditemukan terkubur di permafrost di Siberia selama tahun 1970-an. Dua dari spesimen ini berusia lebih dari 1 juta tahun dan mendahului keberadaan mamut berbulu, sedangkan yang ketiga kira-kira berusia 700.000 tahun dan mewakili salah satu mamut berbulu yang paling awal diketahui.
Spesimen tertua kedua berasal dari mamut stepa kuno (Mammuthus trogontherii), nenek moyang langsung mamut berbulu (Mammuthus primigenius).
Namun, spesimen tertua berasal dari garis keturunan genetik mamut yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang disebut sebagai mamut Krestovka. Jenis ini sekarang juga terlihat seperti mamut Kolombia (Mammuthus columbi) ikonik yang menghuni Amerika Utara selama Zaman Es terakhir.
Para ilmuwan dari Centre for Palaeogenetics di Stockholm, Swedia, itu juga memperkirakan mamut tertua berusia 1,2 juta tahun karena ini adalah usia bagian geologi tempat ditemukannya.
Namun, data genom mitokondria menunjukkan spesimen itu sebenarnya bisa berusia hingga 1,65 juta tahun, sedangkan jenis mamut kedua bisa berusia 1,34 juta tahun.
Berapa pun angkanya, ini jauh lebih tua dari pemegang rekor sebelumnya untuk urutan DNA tertua yang ditemukan dari seekor kuda berusia 780.000-560.000 tahun yang lalu di lapisan es Kanada.
Menariknya, para ilmuwan menemukan miliaran fragmen DNA kecil yang aneh, alih-alih strip panjang yang bagus dari materi genetik tanpa cacat sehingga DNA tersebut harus dikumpulkan dengan sangat hati-hati.
Meski sampel yang ditemukan tercemar oleh bakteri atau jamur, untungnya para ahli memiliki genom mamut berbulu dan kerabat gajah masa kini yang berkualitas tinggi untuk digunakan sebagai referensi.
Sekarang, tim ahli percaya secara teoritis mungkin untuk memulihkan DNA yang bahkan lebih tua dari temuan mamut ini.
"Sangat mungkin bahwa, di masa depan, metode yang lebih canggih akan ada untuk memulihkan DNA dari spesimen non-permafrost manusia yang berusia hampir 1 juta tahun," kata Profesor Love Dalen dari Centre for Palaeogenetics, seperti dikutip dari IFL Science, Selasa (23/2/2021).
Para ahli berharap di masa mendatang umat manusia akan menemukan Homo Erectus di permafrost. Hingga saat ini, belum ada penemuan seperti itu. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang akan menemukan sisa-sisa manusia di lapisan es zaman ini. [*]
Berita ini merupakan hasil kerja sama antara Ayo Media Network dan Suara.com.
Isi tulisan di luar tanggung jawab Ayo Media Network.