Problem Sampah yang Membuat Kita Sengsara

Ilustrasi sampah. (Pixabay/Pexels)

Sejak tahun 2006 lalu, tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Dengan adanya HPSN, kita diajak untuk lebih peduli terhadap sampah yang kita produksi.
Seperti sama-sama kita ketahui, aktivitas kita semua nyaris senantiasa menghasilkan sampah. Setiap hari, setiap minggu, setiap bulan. Sepanjang tahun. Kita semua adalah produsen sampah.
Merujuk data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), produksi sampah nasional kita sekitar 175.000 ton per hari. Itu berarti dalam setahun ada sekitar 64 juta ton kita hasilkan. Jika dirata-rata, maka satu orang memproduksi sekitar 0,7 kilogram sampah per hari.
Dengan laju jumlah penduduk negara kita yang cenderung terus meningkat, bisa dipastikan akan semakin bertambah pula produksi sampah negara kita.
Beberapa waktu lalu, Indonesia disebut-sebut sebagai produsen sampah nomor dua terbesar di dunia.
Idealnya, jumlah produksi sampah harus dikurangi. Selain dikurangi, pengelolaan sampah juga harus ditingkatkan, sehingga semakin efektif dan semakin ramah lingkungan.
Sembarang tempat
Selama ini, kita masih sering melihat pengelolaan sampah yang sembrono. Sampah dibuang di mana saja, di sembarang tempat.
Bukan saja mengganggu estetika, sampah yang dibuang di sembarang tempat bisa juga menimbulkan petaka.
ayo baca
Contohnya, sampah yang dibuang ke saluran pembuangan air atau aliran sungai. Akibatnya, saluran air atau aliran sungai tersumbat sampah.
Buntutnya, ketika hujan turun, air yang mestinya lancar mengalir ke hulu meluap menyebabkan banjir. Kondisi ini tentu sangat menyengsarakan.
Gara-gara sampah yang dibuang sembarangan, sebagian orang harus menanggung derita.
Lalu, bagaimana semestinya mengatasi masalah sampah ini?
Kesadaran lingkungan menjadi salah satu kunci dalam soal ikut mengatasi problem sampah di negeri ini. Membangun dan menumbuhkan kesadaran lingkungan dengan mengembangkan perilaku tidak membuang sampah secara sembarangan perlu dilakukan sejak dini.
Kita harus akui, budaya nyampah masih erat melekat di sebagian besar penduduk negara kita. Disiplin untuk membuang sampah secara tepat masih terbilang rendah. Tentu, ini adalah salah satu tantangan bagi institusi pendidikan dan institusi keluarga di negeri ini dalam ikut mengikis budaya nyampah.
Sementara itu, di level pemerintahan, para pengambil kebijakan yang terkait dengan pengelolaan sampah ditantang untuk mampu membuat terobosan-terobosan brilian dalam penanganan sampah yang semakin ramah lingkungan.
Kolaborasi harmonis yang melibatkan sejumlah pihak sudah barang tentu dibutuhkan dalam menanggulangi problem sampah.
Sampah akan terus kita hasilkan. Penanganannya yang tepat harus terus kita pikirkan dan kita upayakan. Kita pasti tidak ingin kota-kota di negeri ini dikepung dan ditenggelamkan oleh sampah karena itu akan membuat diri kita dan orang lain sengsara. [*]
ayo baca
Tulisan adalah kiriman netizen, isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.