Di Jalan Pungkur, Isa Anshary Kritik Marxisme

Isa Anshary (Ist)

Muhammad Akmal Firmansyah
Mahasiswa Sarjana Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Aktif di lembaga pengkajian dan penelitian Institute of Civilization (IoC) Pemuda Persis Bojongloa Kaler.
AYOBANDUNG.COM--Bila kita berjalan-jalan di daerah alun-alun kota Bandung dan sedikit bergeser ke arah Jalan Lengkong kemudian menuju Jalan Pungkur, di Pungkur inilah Isa Anshary membangun basis konfrontasi melawan komunisme.
Isa Anshary seorang Ulama Persatuan Islam yang gigih melawan komunisme, ia lahir di Sungai Batang Maninjau Sumatera Barat, pada 1 Juli 1916. Isa Anshary pergi ke Bandung tahun 1936 yang kemudian tertarik dengan Ahmad Hassan karena ajakan rekan-rekannya seperti Natsir dan Fakruddin Al-Kahiri yang kemudian resmi menjadi anggota Persis tahun 1936.
Selain dikenal sebagai ulama beliau merupakan politikus, aktifitas politiknya bisa kita ketahui ketika beliau aktif di Partai Indonesia Bandung (1930-1933) dan Isa Anshary sendiri aktif di Masyumi.
Di Bandung tepat tahun 1954, Isa Anshary mendirikan Front Anti Komunis yang berada di Jalan Pungkur no. 37, selain di kenal sebagai “Singa Podium”, Isa Anshary di kenal juga dengan penanya yang tajam Isa pernah memimpin redaksi Aliran Islam dan Anti-Komunis.
Kritiknya terhadap komunis bisa kita lihat dalam bukunya Mujahid Dakwah (1967) Isa menulis, “ Kepada saya dan kawan-kawan di lemparkan tuduhan nista bahwa kami “komunisphobi”, dan karena kami anti komunis kami harus menjalankan pengasingan politik bertahun-tahun sampai buku ini ditulis. Hanya sejarah juga yang akan menjadi hakim kelak, siapa yang benar di antara kita. Baca Literatur komunis mengenai Agama dan Susila, pandangan mereka tentang Demokrasi dan hak-hak Asasi Manusia. Baca buku komunis mengenai konsepsi ekonomisme mereka, filsafat sosial mereka dan sebagainya.”
Kritik yang mendalam terhadap komunisme, Isa Anshary uraikan dalam buku Bahaja Merah di Indonesia yang diterbitkan oleh Front Anti Komunis, Isa Kritik Komunisme, “ Hantu Komunisme- demikianlah istilah jang mereka pakai untuk dirinja sendiri”
Isa mengawali dengan buku yang ditulis Marx dan Engels, Manifes Partai Komunis, yang dimana Marx dan Engels menulis,”Ada Hantu yang berbahaya di dunia: Hantu Komunisme”
ayo baca
Kritik Anshary di lanjutkan dengan mengkritik Marxisme, “ Komunisme sebagai aliran atau sistem jang hendak memecahkan persoalan kehidupan dan kemasjarakatan , perlu dilihat dari segi pandangan hidup. Ia tegak dan hidup dengan Marxisme .
Karl Marx (1818-1883) seorang yahudi bangsa jerman datang kedunia membawa pandangan hidup (levensfilosofi), ialah filsafat materalisme. Filsafat materalisme atau Marxisme adalah sejalan dengan ajaran Darwinisme jang mengajarkan hukum evolusi dalam alam organik, yang menetapkan asal kejadian manusia dari kera (monyet). hukum evolusi yang di pakai Marx dalam sejarah umat manusia atau monyet-monyet tuan Darwin, bergerak dan madju di atas dasar historis materialisme, sejarah kebendaan.
Filsafat materalisme atau Marxisme adalah suatu ajaran yang mengatakan, bahwa seluruh gerakan dan kemadjuan segala beweging dan ontwikkeling manusia di tentukan oleh tjaranja manusia hidup dan makan, ditentukan oleh perhubungan maddi-ekonomis (De ekonomische verhoundiengen). matetialisme histori jang mendjadi dasar adjaran Karl Marx, dengan setjara mutlak mengukur segala susunan dan bentuk kemadjuan serta peradaban manusia dengan nilai kebendaan.”
Diakhir kesimpulannya Isa Anshary menyebut bahwa Filsafat Materaliasme, Marxisme-Komunisme adalah pandangan hidup yang sesat dan belum selesai, “Kaum komunis seluruh dunia memandang ummat manusia, dan kehidupan ini dari lapangan jang dakal dan ringan, hendak membentuk dan menjusun dunia menurut tjetakan akal dan kebandaan semata.”
Di Bandung inilah Isa Anshary berjuang berdakwah dan menantang lantang Komunisme, menantang bara bahaya merah di Indonesia.
ayo baca
Pada 2 Syawwal 1389/ 11 Desember 1967, sang Mujahid Dakwah berpulang ke rahmatullah dengan meninggalkan karya dan kader-kader militan.
Tulisan adalah kiriman netizen, isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.
artikel terkait