Pandemi Tekan NTP Perkebunan Rakyat di Jawa Barat

Ilustrasi hasil panen kopi dari perkebunan. (Pixabay/Young_n)

Tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa kebijakan PSBB yang diambil selama pandemi menurunkan permintaan komoditas tanaman perkebunan rakyat. Menurunnya tingkat penghunian kamar hotel untuk kegiatan rapat atau tujuan pariwisata serta kebijakan untuk membatasi jam operasional café dan restoran, mengurangi permintaan beberapa komoditas perkebunan rakyat. Di antaranya kopi dan teh yang rutin dikonsumsi di kedua tempat tersebut. Kondisi ini berakibat kepada menurunnya Nilai Tukar Petani (NTP) Sub sektor Perkebunan Rakyat di Jawa Barat.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat setiap bulan merilis angka NTP yang merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksi. Nilai tersebut menggambarkan ratio antara indeks yang diterima petani terhadap indeks yang harus dibayar petani.
NTP Perkebunan Rakyat di Jawa Barat mengalami penurunan tertinggi tahun 2020. Pada tahun 2019 total rata-rata sebesar 97,41, sementara total rata-rata NTP Tanaman Perkebunan Rakyat di tahun 2020 sebesar 92,72. Ini berarti NTP 2020 turun sebesar 5,57 persen dibanding tahun 2019.
Penghitungan NTP ini menggunakan diagram timbang dengan tahun dasar 2018, yang berarti angka NTP tahun 2018 = 100. Jika dibandingkan dengan kondisi tahun dasar 2018, kondisi NTP Tanaman Perkebunan Rakyat 2020 jauh di bawah nilai tahun dasar. Angka ini juga menggambarkan daya beli atau daya tukar petani di tahun 2020 lebih kecil dibandingkan tahun dasar 2018. Idealnya, angka NTP tahun 2020 lebih tinggi dibanding tahun 2018.
Kontradiktif
Penyebab rendahnya NTP ini dapat disebabkan oleh rendahnya nilai harga yang diterima petani atau tingginya nilai harga yang dibayar oleh petani. Nilai yang diterima petani berasal dari hasil penjualan produksi pertanian. Sedangkan nilai yang dibayar oleh petani dipengaruhi oleh nilai dari konsumsi rumah tangga petani dan biaya modal yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi pertanian. Jadi petani harus membayar pengeluaran konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari dan pengeluaran biaya untuk menghasilkan produksi pertaniannya.
Menurut data BPS, komoditas terbesar Tanaman Perkebunan Rakyat yang diproduksi di Jawa Barat yaitu cengkeh, kopi, teh dan kelapa. Total kontribusinya kurang lebih sebesar 75 persen terhadap nilai NTP Tanaman Perkebunan Rakyat. Penurunan harga dari hasil produksi tanaman perkebunan di atas akan sangat berpengaruh dalam menurunkan NTP. Hal ini dapat dilihat dengan turunnya indeks yang diterima petani dari tahun 2019 sebesar 101,20 menjadi hanya 97,41 di tahun 2020.
ayo baca
Hal lain yang menyebabkan turunnya NTP juga diakibatkan bertambahnya nilai yang harus dibayar oleh petani. Pada tahun 2019, nilai yang dibayar petani hanya 103,07 dan mengalami kenaikan menjadi 105,37 untuk tahun 2020. Turunnya indeks yang diterima petani dan bertambahanya nilai yang harus dibayar petani menyebabkan penurunan NTP yang cukup dalam. Bila diselidiki lebih lanjut, terjadi kenaikan biaya konsumsi dari 103,14 di tahun 2019 menjadi 105,35 di tahun 2020. Hal ini disebabkan oleh terjadinya inflasi walaupun pada saat pandemi angka inflasi masih cukup terkendali.
Kenaikan biaya produksi petani juga mengambil peran yang cukup penting dalam menentukan NTP. Biaya produksi mengalami kenaikan dari 102,85 ditahun 2019 menjadi 104,08 di tahun 2020. Biaya upah buruh menjadi salah satu komponen biaya produksi yang cukup besar yaitu sebesar 40,88 persen. Kebijakan kenaikan Upah Minimum Regional yang dialami setiap tahun secara otomatis menaikkan upah buruh pertanian dan menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan angka NTP.
Bila melihat data dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, luas lahan dan perkembangan hasil produksi tanaman perkebunan rakyat dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 untuk ke empat komoditas utama tanaman cengkeh, kopi, teh, dan kelapa tersebut relatif stabil. Data menunjukkan tidak terjadi penambahan luas yang ekstrem selama periode tersebut dan begitu juga hasil produksi pertanian yang relatif stabil setiap tahun. Pada tahun 2019 luas lahan perkebunan rakyat di Jawa Barat untuk tanaman cengkeh 34,9 ribu hektar, tanaman teh 45,2 ribu hektar, tanaman kopi 45,2 ribu hektar dan kelapa 147,2 ribu hektar.
Keempat komoditas tersebut dapat dihasilkan dari perkebunan milik negara, perkebunan swasta dan perkebunan rakyat di Jawa Barat dan hasilnya juga diekspor ke luar negeri. Dibandingkan tahun 2019, ekspor komoditas perkebunan rakyat tahun 2020 mengalami kenaikan. Data Ekspor-Impor tahun 2019 menunjukkan total ekspor cengkeh sebesar 21 ton meningkat menjadi 103 ton. Ekspor kopi sebesar 937 ton meningkat menjadi 1.229 ton. Ekspor komoditas teh sebanyak 4.587 ton juga meningkat menjadi 5.849 ton. Adapun ekspor kelapa dari 15.177 ton pada tahun 2019 meningkat menjadi 25.141 ton di 2020.
Kebijakan
Perlu upaya untuk menjaga dan meningkatkan daya tukar petani melalui NTP. Di antaranya dengan menjaga kestabilan harga produksi pertanian dan mengendalikan harga-harga biaya usaha pertanian antara lain: benih/bibit, pupuk, transportasi dan lainnya.
Nilai yang diterima petani harus dikendalikan agar tidak turun dari tahun dasar tahun 2018. Konsumsi rumah tangga akan naik seiring dengan naiknya harga komoditas barang-barang kebutuhan rumah tangga. Nilai biaya modal untuk proses produksi sudah dapat dipastikan akan terus meningkat dengan naiknya UMR setiap tahunnya. Dengan tingginya NTP diharapkan akan banyak generasi millennial yang akan tertarik berusaha di sektor pertanian khususnya perkebunan rakyat sejalan dengan Program Petani Millenial 4.0 Gubernur Jawa Barat.
ayo baca
Tulisan adalah kiriman netizen, isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.
artikel terkait

Bangkit dengan Menanam

Diskusi Bugar Jasmani di Tengah Pandemi

5 Makanan Ini Bisa Tingkatkan Energimu!

Geliat Kawasan Wisata Ranca Buaya

Karang Taruna Mengajar

5 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Berada di Pesawat Ketika Pande...

5 Jenis Teh untuk Penderita Diabetes

Antisipasi Sekolah Dibuka saat Pandemi Covid-19