Waspada Gempa Sesar Lembang, Setiap RW Harus Masif Mitigasi Bencana

Lanskap Gunung Batu yang merupakan bagian dari Patahan Lembang yang berlokasi di Dago Giri, Langensari, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, (2/2021). (Ayobandung.com/Kavin Faza)
LEMBANG, AYOBANDUNG.COM--Sesar Lembang merupakan salah satu sesar aktif yang ada di Jawa Barat.
Lokasi jalur sesar ini terletak sekitar 10 km arah utara Kota Bandung dengan panjang sesar sekitar 25-30 km.
Para peneliti memperkirakan Sesar atau Patahan Lembang ini dapat memicu gempa dengan kekuatan maksimum 6,8 SR. Dengan terjadinya gempa-gempa kecil di sepanjang patahan Lembang, ini membuktikan bahwa patahan ini adalah patahan aktif.
Wilayah bentang sesar Lembang mulai dari kaki Gunung Palasari di sebelah timur sampai Kampung Cisarua, Kabupaten Bandung Barat di sebelah barat, panjangnya sekitar 29 km.
Potensi bencana akibat sesar Lembang adalah gempa bumi. Kemudian, longsor yang dipicu oleh gempa bumi dan keadaan lingkungan mendukung untuk terjadinya gerakan tanah.
Warga Kampung Cibatu, Desa Cilame, Kabupaten Bandung Barat, Ananda mengaku sudah mengetahui potensi bila Sesar Lembang bergerak dan menimbulkan gempa.
"Iya saya tahu Sesar Lembang. Tapi mengetahui hanya sebatas informasi lewat obrolan dan baca-baca artikel berita. Katanya, Sesar Lembang itu bisa memicu gempa sampai Magnitudo 6, bahkan lebih. Terus bentangannya dari kawasan bandung utara, ngelewatin kawasan ngamprah, tempat saya mukim, sampai daerah sebelum Cianjur, kalau enggak salah sampai Rajamandala," ujarnya kepada Ayobandung.com, Sabtu (6/2/2021).
Namun, Ananda menuturkan belum ada persiapan antisipasi yang dilakukan terkait Sesar Lembang.
"Belum ada antisipasi. Sampai sekarang saya masih bingung sama pernyataan pemerintah atau petugas atau pakar yang menangani masalah ini. Soalnya ngomong meningkatkan waspada seperti di berita-berita, enggak sama contoh upaya antisipasi itu kayak gimana," katanya.
Menurutnya, informasi mengenai antisipasi Sesar Lembang seharusnya bisa lebih ditekankan agar warga dapat memahami secara detail.
"Harusnya ada penjelasan teknis biar paham. Kalaupun perlu, tiap RW dikasih sosialisasi dari pemda, biar warga tinggal mendengarkan informasi soal Sesar Lembang dan antisipasinya bagaiamana," jelasnya.
Dengan demikian, para Ketua RW dan pengurus terutama daerahnya yang berdekatan dengan Sesar Lembang bisa masif memitigasi bencana seperti memetakan jalur evakuasi dan sosialisasi mengenai potensi gempa kepada warga.
"Minimal RW mengingatkan warganya untuk mempersiapkan kebutuhan jika bencana gempa terjadi sewaktu-waktu misalnya barang bawaan yang selalu standby disimpan di ransel," katanya.
Dalam tas itu harus berisikan minimal surat berharga, pakaian, makanan ringan, air minum, kotak P3K, lampu penerangan, uang, dan keperluan mendesak lainnya.
Cekungan Bandung Memiliki 5 Sesar
Bandung memiliki topografi unik karena berbentuk cekungan yang dikeliling oleh gunung-gunung api berusia jutaan tahun. Daerah Cekungan Bandung dan sekitarnya juga diketahui berstruktur sesar.
Mariyono dkk dalam penelitiannya yang dimuat dalam Jurnal Sumber Daya Geologi Kementerian ESDM Vol.XVIII No.2 April 2008 mengatakan, salah satu indikasi aktivitas sesar aktif yang paling aktual adalah kejadian gempa bumi, baik gempa bumi skala besar maupun gempa bumi mikro yang tidak terasa, yakni di bawah magnitudo 3.
Dari hasil penelitiannya, diketahui terdapat setidaknya lima kelurusan di sekitar Cekungan Bandung yang dapat dilihat sebagai sesar aktif.
"Hal tersebut diindikasikan oleh adanya akumulasi stress yang lepas berupa kejadian gempa," tulisnya.
Pengamatannya merekam adanya sembilan kejadian gempa pada periode 1996-2006 di Cekungan Bandung. Sesar-sesar tersebut adalah:
Sesar Cileunyi-Tanjungsari
Sesar Jati
Sesar Cicalengka
Sesar Legok Kole
Sesar Lembang
Peta geologi daerah sekitar Bandung kompilasi dari Peta Geologi Lembar Bandung (Silitonga,1973), Peta Geologi Lembar Cianjut (Sujatmiko,1972),Peta Geologi Lembar Sindangbarang dan Bandarwaru (Keosmono dkk., 1996), dan Peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk (Alzwar dkk.,1992). (Jurnal Sumber Daya Geologi Kementerian ESDM V)
Pada 1996 hingga 2006, Laboratorium Seismologi Pusat Survei Geologi diketahui telah melakukan pemantauan kegempaan di sekitar Cekungan Bandung. Pemantauan dilakukan dengan memasang jaringan seismometer di tiga lokasi, yakni Lembang, Soreang, dan Ciparay.
Badan Geologi juga mencatat kejadian gempa bumi akibat aktivitas sesar-sesar yang ada di sekitar Bandung dengan kekuatan kurang dari 5 SR, antara lain:
Gempa bumi Tanjungsari 1972 dan 2010
Gempa bumi Gunung Halu dan Jati 2005
Gempa bumi Pangalengan 2016
Gempa bumi Cicalengka 2000 dan 2005
Gempa bumi Lembang 1999 dan 2011
Gempa bumi Ujungberung 2011
Mariyono dalam penelitiannya yang dimuat dalam Jurnal Sumber Daya Geologi Kementerian ESDM Vol.XVIII No.2 April 2008 menyebutkan bahwa kelurusan Sesar Cileunyi-Tanjungsari memiliki arah timur laut-barat daya yang memanjang dari Tanjungsari hingga Cileunyi. Berdasarkan pantauan mekanisme geraknya, sesar ini diperkirakan merupakan sesar normal.
ayo baca
Aktivitas sesar ini pernah menimbulkan gempa bumi Tanjungsari pada 19 Desember 1972 dengan kekuatan 4,9 SR. Setelah itu, aktivitas kegempaan di jalur sesar ini juga pernah tercatat pada 19 April 2010-10 Mei 2010.
Sesar Cileunyi Tanjungsari yang terbagi menjadi segmen barat dan timur (garis merah) yang terletak pada peta geologi lembar Bandung (Silitonga, 1973)
Supartoyo (2020) menyebutkan guncangan tersebut disimpulkan sebagai gempa bumi. Daerah yang terdampak antara lain Kampung Babakansirna, Tanjungsari Permai Desa Raharja, Kampung Gordah Desa Margajaya, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.
Penelitian Supartoyo juga menunjukan bahwa Sesar Cileunyi-Tanjungsari terletak di bagian timur laut Cekungan Bandung dan secara administratif terletak di Kabupaten Bandung serta Sumedang. Sesar ini memotong satuan batuan gunungapi tua, gunungapi muda dan endapan danau Bandung.
Sesar Cileunyi-Tanjungsari terbagi menjadi dua segmen. Masing-masing segmen berpotensi menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan yang berbeda.
Segmen pertama adalah segmen barat dengan panjang 6,69 km. Potensi gempa bumi yang dihasilkan maksimal mencapai magnitudo 6,08 Mw.
Sementara segmen kedua adalah segmen timur dengan panjang 11,28 km. Potensi gempa bumi yang dihasilkan maksimal mencapai magnitudo 6,3 Mw.
2. Sesar Jati
Mariyono (2008) menyebutkan bahwa kelurusan Sesar Jati memiliki arah utara-selatan di daerah sebelah utara Soreang.
"Dalam peta geologi, kelurusan ini merupakan sisi timur dari deretan intrusi batuan beku. Pada bagian utara terlihat jelas sesar ini menggeser (offset) Sungai Citarum," tulisnya.
Sesar ini bergerak relatif ke utara sehingga masuk dalam kategori sesar mendatar menganan. Bidang sesar ini diperkirakan relatif tegak. Pada 15 Januari 2005, Sesar Jati pernah menimbulkan gempa berkekuatan magnitudo 3.
Kelurusan Sesar Cicalengka berarah timur laut-barat daya hampir sejajar dengan kelurusan Cileunyi-Tanjungsari yang memanjang dari selatan Cicalengka hingga lereng timur Gunung Malabar. Mekanisme gerak sesar ini diperkirakan berupa sesar normal.
Aktifitas sesar ini pernah menimbulkan kerusakan beberapa rumah penduduk di daerah Cicalengka pada kejadian gempabumi Cicalengka 18 Agustus 2000 berskala magnitudo 4,4 (Putranto dan Djuanda, 2000).
Di samping itu, ada dua kejadian gempa berskala magnitudo 3,5 dan 4 pada lereng timur Gunung Malabar yang berkaitan dengan aktivitas sesar ini.
4. Sesar Legok Kole
Kelurusan sesar ini diketahui berupa kelurusan yang memiliki arah barat laut-tenggara. Lokasinya terletak di pegunungan sebelah barat Soreang.
Pada 6 April 2005, diketahui terdapat pusat gempa berkekuatan magnitudo 3,5 yang berada tepat pada kelurusan ini. Diperkirakan sesar ini merupakan sesar naik.
Sesar Lembang merupakan sesar aktif paling tersohor di Jawa Barat. Lokasi jalur sesar ini terletak sekitar 10 km arah utara Kota Bandung dengan panjang sesar sekitar 25-30 km.
Wilayah bentang Sesar Lembang mulai dari kaki Gunung Palasari di sebelah timur sampai Kampung Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, di sebelah barat.
Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung dan Penasihat Bandung Mitigasi, T Bachtiar mengatakan, para peneliti memperkirakan Sesar Lembang ini dapat memicu gempa dengan kekuatan maksimum 6,8 SR.
Menurutnya, wilayah yang terdampak gempa bumi dari Patahan Lembang bila dengan kekuatan maksimum, bukan hanya di sepanjang Patahan Lembang, tetapi juga akan berdampak ke kawasan yang semula bekas endapan Danau Bandung Purba.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Wilayah Barat PVMBG Ahmad Solihin ketika dihubungi, Selasa (2/2/2021). mengatakan, gempa Sesar Lembang dapat hadir dengan magnitudo yang lebih kecil.
Seperti yang pernah terjadi di Kampung Muril, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat pada 2011. Ahmad mengatakan, gempa Sesar Lembang kala itu berkekuatan magnitudo 3,3.
"Memungkinkan sekali yang bergerak hanya sebagian dari segmen sesarnya dan menghasilkan gempa dengan kekuatan yang lebih kecil. Gempa merusak karena Sesar Lembang di antaranya terjadi pada 2011, dengan magnitudo M3,3 dan menyebabkan kerusakan di Kampung Muril," jelasnya.
Hingga saat ini, tidak ada pihak yang mengetahui pasti kapan persisnya Sesar Lembang akan mulai melepaskan energinya. Ahmad menyebutkan, sejumlah penelitian menyebutkan bahwa periode ulang gempa besar dari Sesar Lembang terjadi setiap sekitar 170-670 tahun.
ayo baca
artikel terkait

CEK FAKTA: Hoaks 35 Orang Pegawai Tahura Juanda Positif Covid-19
Waspada Gempa, Bandung Dikepung 5 Sesar Aktif!

Menapaki Potensi Bencana Sesar Lembang

Menyusuri Rekam Jejak Gempa di Sesar Lembang

Ancaman Maut Sesar Lembang Mengintai Cekungan Bandung

Kampung Rajut Binong Jati

Terminal Leuwipanjang Buka Hari Ini

Bandung Menunggu Bencana (Part 3) : Siaga Gempa Sesar Lembang