Letusan Gunung Sunda, Membendung Ci Tarum Membentuk Danau Purba

Celah sempit Ci Tarum di Cikahuripan. (T. Bachtiar)

Peristiwa besar letusan gunung api telah mengubah bentang alam dalam waktu yang sangat singkat. Kejadian ini pernah terjadi di Cekungan Bandung, ketika Gunung Sunda, 20 km di utara Kota Bandung, meletus maha dahsyat.
Gunung Sunda yang tingginya 4.000 m dpl, meletus antara 210.000-105.000 tahun yang lalu. Pada letusan dengan semburan gas yang sangat tinggi, telah menghamburkan bebatuan, pasir, abu dari dalam tubuh gunung.
Menurut Rudy Dalimin (1988), jumlah ignimbrit yang dihamburkan ke angkasa itu mencapai 66 km kubik, tersebar di kawasan seluas 200 km persegi. Inilah yang oleh Mochamad Nugraha Kartadinata (2005) dikelompokkan ke dalam letusan fase ignimbrit, yang terjadi 105.000 tahun yang lalu. Di selatan pusat letusan, pada jarak sampai 14 km, ketebalan endapan material letusannya mencapai rata-rata 40 m.
Letusan maha dahsyat Gunung Sunda telah mengosongkan tubuh gunungnya, sehingga bagian atasnya tidak sanggup lagi menyangga beban. Inilah yang menyebabkan tubuh gunung ambruk ke bagian dalam, membentuk kaldera dengan ukuran 6,5 x 7,5 km.
Material letusan maha dahsyat dari Gunung Sunda itulah yang membendung Ci Tarum di kawasan Padalarang dan sekitarnya, 15,5 km di selatan gunung. Luncuran material letusan itu, hanya dalam waktu yang singkat telah membendung Ci Tarum. Maka air sungai menjadi tergenang, dan secara perlahan, terbentuklah Danau Bandung Purba.
Pada mulanya, Ci Tarum mengalir dari Gunung Wayang dan anak-anak sungai lainya. Sampailah aliran itu di A (pada peta di atas), terus mengalir ke B, ke C, ke D, dan seterusnya mengalir ke utara hingga di Laut Jawa.
Lalu terjadi letusan Gunung Sunda, yang material letusannya membendung Ci Tarum di sekitar Padalarang. Ruas sungai antara B—C hilang tertimbun. Bagian Ci Tarum (C—D) berubah menjadi anak sungai Ci Tarum. Di kemudian hari, namanya menjadi Ci Meta, akhirnya bermuara kembali di Ci Tarum.
Air Ci Tarum membentuk danau Bandung purba yang luas, dengan paras tertinggi mencapai +725 m dpl. Danaunya membentang barat-timur, dari Cicalengka hingga Rajamandala, yang dipisahkan oleh Pematang Tengah yang berupa gunung-gunungapi purba. Lebar danau utara-selatan, satu di antaranya pantainya di perempatan Jl LLRE Martadina dengan Jl Dago dan Jl Merdeka, mengikuti ketinggian +725 m dpl, hingga selatan di Soreang, Ciparay, Baleendah, dan Majalaya.
15.000 tahun setelah danau Bandung purba terbentuk, Gunung Tangkuban Parahu membangun dirinya dari sisi timur kaldera Gunung Sunda.
ayo baca
Nugraha (2005) membagi periode letusan Gunung Tangkuban Parahu ke dalam tiga periode. Periode pertama letusan-letusannya antara 90.000—40.000 tahun yang lalu, membentuk Kawah Pangguyangan Badak. Aliran lavanya berumur 40.000 tahun. Kedua periode 40.000—10.000 tahun yang lalu, di antara letusannya membentuk Kawah Upas. Ketiga, periode 10.000—sekarang, letusannya telah membentuk Kawah Ratu.
Material letusan Gunung Tangkubanparahu mempertebal letusan dari Gunung Sunda, mengendap membentuk kipas-kipas aluvial. Endapannya sampai di kawasan Najung, Kota Cimahi, Jawa Barat, di sekitar Pematang Tengah.
Danau Bandung purba barat bobol di celah bebatuan keras seperti tembok beton di antara Cikahuripan—Cukangrahong—Curug Halimun (1). Pengerjaan oleh gempa bumi, tanah longsor, dan kuatnya erosi mudik yang mengiris ke arah hulu sungai hingga dapat membobol bagian bebatuan yang kuat.
Derasnya aliran air danau Bandung purba barat telah mengiris ke arah hulu, menggerus, dan menjebol celah danau Bandung purba timur di Curug Jompong. Menurut MAC Dam (1994), mulai 16.000 tahun yang lalu, danau Bandung purba timur bobol di Curug Jompong (2).
Setelah danau Bandung purba bobol, menyusutlah air danau, menyisakan rawa-rawa yang luas. Setelah danau Bandung purba bobol, aliran Ci Tarum pun berubah menjadi: dari A ke B (pada peta di atas), berbelok mengiris celah bebatuan intrusif di Curug Jompong, alirannya terus ke F, semakin deras di ruas sungai yang menyempit, membentuk jeram-jeram dan air terjun (1). Airnya menerus ke utara sampai di D, bergabung dengan Ci Meta.
Oleh Sang Kuriang modern, pada tahun 1983 Ci Tarum dibendung lagi menjadi Danau Saguling. Pada tahun 1986 mulai beroprasi, dengan cara air danau dimasukkan ke dalam terowongan, lalu diluncurkan di pipa pesat untuk menggerakkan turbin di rumah pembangkit di sekitar Sanghyangtikoro.
Air sungai di ruas F—D hanya dipasok oleh anak-anak sungai dan mata air, walau sangat kecil tapi tidak sampai kering. Karena itulah bebatuan menjadi tampak nyata: yang semula terendam, kini memperlihatkan kemegahannya.
Kawasan ini menjadi daya tarik wisata alam, seperti di: Cikahuripan, Cukangrahong, Curug Halimun, paling Sanghyangheuleut, Sanghyangtikoro, dan Sanghyangkenit.
Perubahan aliran Ci Tarum akan terus terjadi, dan yang paling mengkhawatirkan saat ini adalah perubahan karena kehancuran ekologis.*
ayo baca
Tulisan adalah kiriman netizen, isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.
artikel terkait

Menangkap Peluang Bisnis di Tengah Pandemi ala Vallina Outfit Ban...

Dua Ekor Kura Kura Ceper Menetas di Bazoga

Cuaca Panas Kota Bandung
_thumb.jpg?w=93&h=60)
Edukasi Sampah Sungai Citarum
_thumb.jpg?w=93&h=60)
Bandung Lengang di Hari Pertama Lebaran

Info Grafis: Misteri di Balik Nama Kuliner Bandung yang Hits

Dilanda Banjir Bandang, SD di Cijambe Diliburkan

4 Pemain Ini Resmi Didepak Persib Bandung