Di Bawah Ancaman Tutup, Seniman Saung Angklung Udjo Tetap Berkarya

Pencipta inovasi angklung dan generasi kedua Saung Angklung Udjo, Yayan Mulyana. (Ayobandung.com/Nur Khansa Ranawati)
CIBEUNYING KIDUL, AYOBANDUNG.COM -- Kunjungan wisatawan mancanegara dan rombongan anak sekolah yang terhenti akibat pandemi menjadi pukulan bagi Saung Angklung Udjo (SAU). Salah satu ikon wisata Kota Bandung tersebut kini terancam tutup.
Hal tersebut dikarenakan mayoritas pendapatan mereka yang diperoleh lewat tiket kunjungan saat ini merosot tajam. Dari kunjungan per-hari yang bisa mencapai 2.000 orang, sekarang tak sampai puluhan orang per-minggu.
Namun, hal tersebut tak lantas membuat pusat belajar angklung yang terletak di Jalan Padasuka tersebut berhenti beroperasi. Hingga saat ini, produksi berbagai jenis angklung masih berjalan meski pertunjukan urung digelar.
Yayan Mulyana, anak keenam Udjo Ngalagena adalah salah satu yang masih rutin 'menyulap' bilah-bilah bambu menjadi satu set Angklung. Ditemui di saung kecil tak jauh dari lapang parkir SAU, Rabu (27/1/2021), Yayan nampak tengah mengawasi karyawannya merangkai angklung ke dalam rak bambu.
Situasi di saung 3x3 meter siang itu tampak cukup ramai, masing-masing orang disibukkan dengan pekerjaannya. Ada yang memotong bambu, memastikan suara dari setiap angklung, hingga menyusun angklung sesuai urutan nada.
Meski tampak ramai, kondisi tersebut jauh lebih sepi dibanding situasi normal. Yayan menyebutkan, mereka adalah perajin bambu yang tersisa setelah mayoritasnya di-PHK akibat pendapatan SAU yang merosot.
"Sekarang yang bekerja tinggal tiga orang ini. Sebelumnya ada sampai 25 orang," ungkapnya
ayo baca
Dia mengatakan, produksi angklung masih terus berjalan karena hingga saat ini masih terdapat sejumlah pihak yang memesan angklung untuk dikirim. Selain itu, dia juga menyediakan jasa reparasi angklung.
"Ini sedang memperbaiki angklung yang rusak. Untuk yang beli masih ada saja sih," ungkapnya.
Selama pandemi, Yayan mengatakan dirinya bersama tiga perajin yang tersisa masih terus memproduksi angklung dalam berbagai rupa. Mulai dari angklung konvensional hingga model hasil inovasi seperti Angklung Toel.
"Angklung Toel ini uniknya bisa dimainkan cukup dengan ditoel (disentuh pelan), tidak perlu banyak orang. Rencananya ingin dibuat seperti piano," ungkap Yayan.
Angklung Toel sendiri sudah diciptakan Yayan sejak beberapa tahun lalu. Namun, bentuk dan suaranya terus disempurnakan hingga saat ini.
Angklung Toel dan sejumlah inovasi lainnya seperti angklung knock-down yang bisa dibongkar pasang adalah bagian dari upaya SAU menyelaraskan angklung dengan perkembangan zaman. Cita-cita besar tersebut mau tidak mau harus dipikul dengan lebih berat karena pengrajin yang hilang hampir seluruhnya.
"Iya kondisinya jadi seperti itu, tapi mudah-mudahan tidak lah. Insyaallah minggu-minggu ini saya akan menghasilkan karya-karya lagi yang lebih menyentuh," ungkapnya.
ayo baca