Kupat Tahu Tasikmalaya: Ditekan Harga Kedelai, Dihempas PPKM

Kupat Tahu Mangunreja, Tasikmalaya. (AyoBandung.com/Irpan Wahab Muslim)
TASIKMALAYA, AYOBANDUNG.COM -- Lina (36) dirundung bimbang. Penjual kupat tahu di Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, ini gelisah karena harus mengeluarkan kocek yang lebih dalam lantaran harga tahu merangkak naik.
Kenaikan harga ini disebabkan oleh melambungnya harga kedelai hingga mencapai Rp9.500 per kilogram pekan lalu. Makanan berbahan kedelai seperti tempe dan tahu sempat langka di pasaran. Jikalau ada, bentuknya sudah diperkecil.
Lina mengaku khawatir akan kehilangan pembeli jika menaikkan harga kupat tahu yang dijualnya. Saat ini, satu piring kupat tahunya dihargai Rp8.000.
"Mau dinaikan takut tidak ada yang beli. Ya kalau terus naik harga tahu tempe, pedagang kecil akan terancam rugi," ujar Lina, kepada Ayotasik.com, Senin (4/1/2021).
Kekhawatiran Lina beralasan. Maesaroh (35), pelanggan kupat tahu Lina, mengatakan, ia berharap harga makanan tersebut tidak dinaikkan. Menurutnya, harga yang terlalu mahal akan menyurutkan niat pelanggan untuk menyantapnya setiap hari.
"Biasanya satu porsi Rp6.000-Rp8.000, kalau naik sampai Rp10.000 jadi malas beli, mending beli tempe tahunya langsung. Ya harapannya baik untuk semuanya, harga kacang kedelai bisa stabil lagi, supaya harga tahu tempe normal dan pedagang serta masyarakat tidak terbebani," tutur Maesaroh.
Belum selesai masalah harga kedelai yang meroket, kupat tahu Tasikmalaya kembali terimbas kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali.
Meski Tasikmalaya tidak menerapkan PPKM, namun penjual kupat tahu mengaku kehilangan 40% pembeli.
Pengelola kupat tahu Mangunreja, Lala Nurlaela (40) mengatakan, dampak PPKM terhadap penjualan sangat terasa terutama pembeli dari luar kota.
ayo baca
“Ada dampaknya, sekarang mah pembeli kebanyakan dari wilayah Tasik saja, kalau daerah lain justru udah tidak ada, “ ucap Lala, Senin (18/1/2021).
Pada kondisi biasa, ia mengaku mampu menjual 400 porsi kupat tahu. Namun sejak diberlakukan PPKM, ia hanya mampu menjual 200 hingga 250 porsi saja.
“Akhir pekan biasanya ramai dari luar kota, ada dari Bandung, Jakarta yang kebetulan lewat ke sini mampir. Sekarang mah akhir pekan paling kebanyakan orang tasik, orang Singaparna saja, “ tutur Lala.
Lala mengakui, saat pandemi Covid-19 melanda, pendapatan dari hari ke hari semakin menurun. Terlebih lagi adanya pengetatan di beberapa wilayah.
Ia berharap, setelah vaksinasi merata untuk seluruh warga, perekonomian kembali meningkat dan kunjungan ke warung kupat tahu mangunreja semakin ramai.
Kupat Tahu Mangunreja yang dikelola Lala sudah ada sejak 1955. Berbeda dengan kupat tahu lainnya, tekstur kupat yang disediakan di sini lebih padat dan bumbu kacangnya tidak ditumbuk secara halus.
Lala menuturkan, Kupat Tahu Mangunreja dirintis oleh buyutnya bernama Usam dan Ochi pada 1955. Awalnya mereka berjualan dengan dipikul berkeliling dari kampung ke kampung.
Generasi kedua dilanjutkan oleh Maman dan Tirah dan saat ini diurus oleh Lala. Namun meski sudah turun temurun, resep kupat tahu tetap terjaga dengan baik. Maka tidak salah, saat ini masih banyak orang-orang yang penasaran dengan rasa Kupat Tahu Mangunreja.
"Alhamdulilah ada pelanggan dari ibu saya, ada pelanggan saya dan banyaknya pelanggan baru. Insyaalloh kita masih menjaga cita rasa sampai kapanpun," ujar Lala.
ayo baca
artikel terkait