Petani di Tasikmalaya Enggan Tanam Kedelai, Ini Alasannya

Tanaman Kedelai. (Pixabay)
TASIKMALAYA, AYOBANDUNG.COM -- Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Tasikmalaya Tedi Setiadi mengatakan, kebutuhan kedelai untuk bahan baku tempe dan tahu di Kota Tasikmalaya sebanyak 520 ton per hari.
Menurutnya, untuk pembuatan tempe dan tahu masih mengandalkan bahan bakunya kedelai import dari Amerika kerana memang kualitasnya baik.
"Kenapa kedelai lokal tidak digunakan oleh para perajin tahu dan tempe karena kualitasnya kurang bagus dan tidak begitu berkembang," ujar Tedi Setiadi disela-sela infeksi mendadak (sidak) ke gudang distributor kedelai di Indihiang, Senin (11/1/2021).
Ia menuturkan, pada tahun 2020 di Kota Tasikmalaya ada program penanaman kacang kedelai seratus hektar. Namun, dari 100 hektar itu 50 hektarnya itu dipanen matang oleh para petani dan 50 hektar sisanya dipanen sebelum matang.
"Para petani cenderung lebih menyenangi kedelai yang tidak begitu matang karena dimanfaatkan untuk cemilan," ucapnya.
Ia menyebut, kedelai lokal kualitasnya memang kurang bagus untuk dibuat tahu dan tempe, sehingga para perajin lebih memilih kedelai import yang kualitasnya bagus sebagai bahan baku utama. Kurang bagusnya hasil panen kedelai lokal itu karena bibit kedelai yang dikirim dari pusat kalah bersaing dengan kualitas dari luar negeri.
"Kami dari dinas ketahanan pangan pertanian dan perikanan meminta pemerintah pusat terutama kementan supaya bisa menciptakan bibit-bibit unggul mengenai kacang kedelai, sehingga mampu bersaing dengan produk kedelai dari luar negeri," tuturnya.
Ia menambahkan, pihaknya juga mengaku selalu mendorong para petani untuk menanam kedelai tapi mereka tidak begitu berminat.
"Mudah-mudahan kalau ada program lagi dari pusat bibit yang dikirimkan berkualitas bagus dan petaninya berminat menanam kacang kedelai," pungkasnya.