Pantun Sudah Diakui UNESCO, Selajutnya?

Ilustrasi. (Pixabay)

AYOBANDUNG.COM -- Tradisi pantun telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda tanggal 17 Desember 2020 oleh UNESCO. Ini adalah momentum sebagai langkah awal untuk melestarikan tradisi Pantun agar tetap hidup dan tidak hilang ditelan zaman.
Seperti kita ketahui, pantun memiliki arti penting bagi masyarakat Melayu bukan hanya sebagai alat komunikasi sosial namun juga kaya akan nilai-nilai yang menjadi panduan moral. Pesan yang disampaikan melalui pantun umumnya menekankan keseimbangan dan harmoni hubungan antarmanusia.
Pantun menyediakan wadah untuk menuangkan ide, menghibur, atau berkomunikasi antarmanusia, tanpa membedakan ras, kebangsaan, atau agama. Tradisi pantun mendorong rasa saling menghormati antarkomunitas, kelompok, dan individu.
Dalam komunitas Melayu, pantun memiliki peran penting sebagai instrumen komunikasi sosial dan bimbingan moral yang menekankan keseimbangan, harmoni, dan fleksibilitas hubungan dan interaksi antarmanusia dalam syairnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pantun adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b). Tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi. Pantun juga bisa disebut bahasa sindiran menurut KBBI.
Untuk itulah pantun mempunyai ciri khas tersendiri diantara bentuk puisi lama lainnya. Jika diubah maka tidak bisa lagi disebut pantun. Melainkan akan menjadi seloka, gurindam atau bentuk puisi lama lainnya.
Pantun adalah bentuk syair Melayu yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan emosi yang di dalamnya terdapat seni penyampaian metaforis menggunakan bahasa halus dan sopan. Sebagai sebuah tradisi lisan, Pantun diajarkan oleh para tetua dan pemuka adat kepada generasi yang lebih muda melalui aktivitas kehidupan sehari-hari, maupun melalui jalur ritual dan adat yang lebih formal.
Bagaimana dengan kondisi saat ini? Ketika UNESCO sudah mengakui Pantun sebagai warisan budaya dunia, apakah ada kemauan bangsa Indonesia untuk melestarikannya? Tatkala nasihat orang tua sudah mulai banyak ditinggalkan anak-anaknya, masih relevankah Pantun digunakan sebagai media untuk menyampaikan nasihat?
Padahal dalam pantun nasihat memiliki isi yang bertujuan menyampaikan pesan moral dan didikan. Pantun nasihat biasanya memiliki pesan-pesan bijak yang mengajak untuk berbuat baik.
Contohnya :
Jalan-jalan ke kota Blitar,
jangan lupa beli sukun.
Jika kamu ingin pintar,
belajarlah dengan tekun.
Selama ini kita mengenal pantun ketika ada prosesi perjaka melamar gadis. Ya, walaupun hanya sebagai simbolis tapi sang perjaka harus mengucapkan pantun yang akan dibalas oleh pihak gadis. Misalnya:
Walaupun hanya seruas temu,
ayo baca
Tetapi masih bisa diramu.
Walaupun kita jarang ketemu,
Cintaku murni hanya untukmu.
Satu pertanyaan, akankah pantun akan bisa menyatu dalam kehidupan sehari-hari kita? Bila jawabnya, Bisa! Maka yang harus dilakukan adalah memberikan teladan, terutama kepada pejabat publik ketika membuka rapat atau memberikan kata sambutan dalam sebuah acara publik.
Pantun diselipkan dalam naskah sambutannya, baik di pembuka acara ataupun di akhir acara. Tak terkecuali profesi guru yang selalu berhadapan dengan banyak murid. Tidak salah bila dalam proses mengajar, diselipkan pantun, entah pantun nasehat, pantun jenaka ataupun pantun yang ada kaitannya dengan materi yang sedang disampaikan. Bisa juga Pantun dijadikan ice breaking tatkala proses belajar sudah berlangsung beberapa lama. Umpamanya:
Kalau tuan muda taruna,
pakai seluar dengan gayanya.
Kalau tuan bijak laksana,
biji di luar apa buahnya?
Dan, sungguh tidak bijksana bila saya menulis artikel tentang pantun ini, tapi tidak memberikan satu pantun penutup di akhir tulisan saya. Silah simak Pantun penutup dari saya berikut ini;
Beli cumi dapat gurita,
Dimasak oseng dengan oncom.
Bila Anda ingin berita,
Jangan lupa buka ayobandung.com.
Salam sehat, bahagia dan penuh semangat.
ayo baca
Tulisan adalah kiriman netizen, isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.