Rehabilitasi Berbasis Masyarakat Kota Bandung Hadir di 151 Kelurahan

Ketua RBM Kota Bandung Siti Muntamah Oded pada program Bandung Menjawab di Balai Kota Bandung, Senin (30/11/2020). (dok. Humas Setda Kota Bandung)
SUMUR BANDUNG, AYOBANDUNG.COM -- Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Kota Bandung terus mengembangkan pendampingan lebih masif. Setiap kader kini hadir setiap kecamatan dan kelurahan untuk melayani masyarakat.
“Kader RBM kita di 151 kelurahan dan 30 kecamatan. Kalau penyandang disabilitas itu 5.140 orang. Sampai hari ini dibantu oleh kita berbagai macam. Membutuhkan rehab kita bantu. Pelatihan, kita bantu,” tutur Ketua RBM Kota Bandung Siti Muntamah Oded pada program Bandung Menjawab di Balai Kota Bandung, Senin (30/11/2020).
Untuk pelatihan, Siti yang juga anggota DPRD Jabar mengatakan, tidak mampu semua kader mengikuti, karena kuota yang terbatas sehingga perlu bergiliran untuk mengikutinya.
Di sisi lain, kader perlu menyesuaikan derajat sampai kemampuan yang berkebutuhan khsusus untuk mendapatkan haknya.
“Jelas kita hadir menyesuaikan derajat intelektual mereka, kemampuan bergerak mereka, karena penyandang disabilitas tetap membutuhkan orang lain,” katanya.
Atas inovasi yang digagas oleh RBM, hadirlah Rumah Cinta Inklusi (RCI), sebuah rumah terapi gratis bagi disabilitas yang melayani terapi anak dengan tiga jenis disabilitas, yaitu cerebral palsy, autisme, dan down syndrome.
“Sejauh ini Alhamdulillah Rumah Cinta Inklusi salah satu program untuk mengintegrasikan kebutuhan penyandang disabilitas diberbagai keluarga,” jelas Umi sapaan akrabnya.
ayo baca
Inovasi tersebut, lanjut Umi, merupakan komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menghadirkan perlindungan dan layanan kepada para penyandang disabilitas.
“Selama 2 bulan ini telah mengintervensi 60 anak. Kita berkolaborasi dengan dokter RSHS, kemudian asosiasi terapis Indonesia, psikolog, dan Puspaga,” katanya.
“Rumah Cinta Inkusi sebagai implementasi juga rehabilitasi pengambangan minat dan bakat,” kata Umi.
Untuk memberdayakan, lanjutnya RBM pun mengembangkan dengan multisektor. Seperti Dekranasda yang memberikan pelatihan sampai memiliki pasar.
Siti mencontohkan, warga memproduksi kain perca sampai sampai menjadi nilai ekonomi bagi pelaku usaha.
ayo baca
“Ada beberapa yang mampu produksi seperti kain perca dan sampah yang sudah dipilah dimanfaatkan. Ternyata hasilnya mampu dijual dan ikut pameran waktu di 9 mal. Komuntas lansia itu berhasil buka pasar,” tuturnya.