Ayo Selamatkan Orang Lain dengan Testing Covid-19

Dialog "Masyarakat Bijak Sadar 3T" dari dari Media Center Graha BNPB, Selasa (24/11/2020). (BNPB)
JAKARTA, AYOBANDUNG.COM -- Penambahan kasus di sejumlah daerah pekan ini mencapai kasus yang relatif lebih tinggi dibandingkan waktu-waktu sebelumnya.
Untuk menghentikan laju penularan, diperlukan sinergi semua pihak dengan melakukan testing, membuka diri terhadap tracing, dan segera melakukan treatment dengan benar jika merasa ada gejala.
Kasubbid Tracking Satgas Covid 19, dr. Kusmedi Priharto SpOT MKes, menjelaskan saat ini kasus Covid-19 sedang tinggi akibat libur panjang dan orang berkumpul. Hunian di rumah sakit pun sudah tinggi. Sehingga dengan testing ini, mereka yang ditemukan dalam kondisi awal atau tidak berat bisa segera ditangani. Dengan demikian penyembuhannya bisa lebih cepat dan efisien.
Kusmedi menjelaskan testing di puskesmas itu gratis, sehingga tidak ada alasan menyangkut biaya. "Tinggal kemauan dari orangnya saja," katanya dalam dialog "Masyarakat Bijak Sadar 3T" dari dari Media Center Graha BNPB, Selasa (24/11/2020).
Tes yang dilakukan di puskesmas itu adalah PCR dengan akurasi paling tinggi. Sedangkan untuk tracing menggunakan cara antigen.
Kusmedi menjelaskan faktor ketidaktahuan menjadi alasan seseorang ragu atau tak mau ditesting. Maka sebaiknya petugas kesehatan memberikan penjelasan sejelas mungkin apa itu Covid dan apa yang harus dilakukan jika tertular.
"Ada pertanyaan kapan harus ditesing? Saya jawab, sebaiknya saat merasakan ada batuk atau pilek. Anjurkan mereka untuk datang ke puskemsas terdekat. Supaya mereka diperiksa. Petugas kesehata harus memberikan pengetahuan supaya mereka tahu apa yang harus dilakukan," saran Kusmedi.
ayo baca
Orang yang Mau Ditesting itu Pahlawan
Sementara itu Tim Pakar Satgas Covid-19 Bidang Perubahan Perilaku/Kepala Lembaga Demografi FEB Universitas Indonesia, Turro Wongkaren, mengresiasi warga yang dengan kesadaran sendiri mau ditesting.
"Mereka itu bisa dikatakan pahlawan. Dia mengorbankan diri mau dikarantina atau diisolasi agar tidak menularkan ke orang lain," jelasnya.
Ia juga tak menampik jika masih ada masalah yang membuat seseorang enggan melakukan testing. Ia memerinci misalnya dari segi ekonomi, budaya, dan stigma.
"Buat masyarakat ekonomi lemah jika hasil testing positif maka dia tidak bisa bekerja. Contohnya office boy atau penjual bakso. Kalau mereka tidak bekerja maka tidak punya penghasilan," kata Turro.
Masalah lainnya yang pelik adalah stigma. "Stigma itu sangat kuat sehingga orang takut ditesting karena takut dikatain orang," tandasnya.
Ia berharap warga bisa paham dengan situasi pandemi ini dan dengan rela mau ditesting.
"Ini penting bukan untuk dirinya sendiri, tapi juga orang lain," pungkas Turro.
ayo baca