Kasus Landai, The Green Hotel Bekasi Tak Lagi Isolasi OTG

Suasana The Green Hotel di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi yang menjadi tempat isolasi pasien OTG Covid-19. (Suara.com/Yacub)
BEKASI, AYOBANDUNG.COM -- Pemerintah Kota Bekasi memutuskan untuk tidak lagi memakai The Green Hotel sebagai tempat isolasi mandiri pasien Covid-19 dengan kategori Orang Tanpa Gejala (OTG).
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, keputusan tersebut diambil lantaran kasus Covid-19 di wilayahnya terus mengalami penurunan signifikan setiap hari.
“Kasus Covid-19 di Oktober ini terus turun angkanya, sehingga okupansi di sana di bawah 20% dari kapasitas,” kata pria yang akrab disapa Pepen itu saat dikonfirmasi, Selasa (3/11/2020).
Berangkat dari fakta tersebut, Pemkot Bekasi akhirnya kembali memusatkan isolasi pasien OTG di Stadion Patriot Candrabhaga yang kapasitasnya juga sangat memadai.
“Iya bisa di Stadion (Patriot Candrabhaga), bisa di RSUD juga,” ujarnya.
Meski demikian, Pepen juga tidak menutup kemungkinan apabila kasus Covid-19 kembali melonjak, maka The Green Hotel akan kembali dipersiapkan menjadi tempat isolasi.
“Kita berharap tidak ada kenaikan (kasus Covid-19) lagi,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan data resmi yang dirilis Dinkes Kota Bekasi per Selasa (4/11/2020), jumlah total kasus Covid-19 di Kota Bekasi mencapai 6.675 orang. Sebanyak 6.154 di antaranya telah dinyatakan sembuh. Tidak ada penambahan kasus positif sejak dua hari terakhir.
Satu-satunya zona merah
Meski tidak ada penambahan kasus dalam 2 hari terakhir, Gubenur Jawa Barat Ridwan Kamil mengumumkan Kota Bekasi menjadi satu-satunya daerah di Jabar yang masuk ke dalam kategori kewaspadaan tinggi atau zona merah.
"Peta zona resiko minggu ini berharap nol (zona merah), tapi tetap ada satu. Kemarin Depok, sekarang dari catatan Komite Penanggulangan Covid-19 berpindah ke Kota Bekasi," ungkap Emil, sapaan Ridwan Kamil dalam konferensi pers di Mapolda Jabar yang juga disiarkan secara daring, Senin (2/11/2020).
Ia mengatakan, pergeseran zona tersebut menunjukan bahwa sebaran Covid-19 di Jabar masih fluktuatif. Hal tersebut di antaranya disebabkan oleh mobilitas masyarakat saat ini yang cukup tinggi meningat berbagai sektor ekonomi telah direlaksasi.
"Jadi ini fluktuatif, secara umum karena pergerakan (masyarakat) dan hal-hal lainnya," ungkapnya.