Lima Panduan Meliput Jurnalisme Solusi

Ilustrasi berkebun. (Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi)
LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- Jurnalisme solusi adalah kerja jurnalistik yang tetap patuh pada prinsip-prinsip verifikasi dan kode etik. Dalam situsnya, Solutions Journalism Network (SJN) menyajikan panduan-panduan untuk menghasilkan karya jurnalisme solusi. Panduan dasar ini yang kemudian ditampilkan ulang di situs JARING (Jaringan Indonesia untuk Investigasi).
SJN secara khusus menyediakan layanan Laboratorium Belajar (Learning Lab) dalam situs mereka. Di sana, kita bisa menemukan beberapa panduan menghasilkan liputan di beberapa isu spesifik, termasuk pendidikan dan Kesehatan.
Menerapkannya ke dalam konteks lokal dan regional, dengan contoh-contoh isu di Bandung Raya, kita bisa merumuskan lima panduan meliput jurnalisme solusi sebagai berikut:
- Paparkan masalah secara mamadai
Dengan memberikan fokus pada tanggapan warga, bukan berarti jurnalisme solusi mengabaikan pengungkapan masalah. Justru pemaparan masalah krusial dilakukan agar tanggapan yang direportase semakin kuat kisahnya. Pembaca akan semakin menghargai, mengapresiasi, atau bahkan terinspirasi oleh cerita tersebut ketika mereka juga punya pengetahuan memadai tentang masalahnya. Data dan bukti sangat menolong kita memberikan gambaran masalah secara efektif.
Kawasan Bandung Utara (KBU), misalnya, tidak pernah lepas dari masalah. Terutama alih fungsi lahan yang tak terkendali. Menggunakan perspektif jurnalisme solusi, kita bisa memberikan lampu sorot pada kiprah komunitas-komunitas yang telah berbuat dalam mengupayakan kelestarian lingkungan, entah dengan menanam pohon secara rutin atau mengedukasi warga sekitar. Dalam liputan tersebut, kita berkewajiban menyediakan data tentang kerusakan-kerusakan di KBU, tentang longsor dan banjir yang terjadi, dan tentang pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam sekian tahun terakhir. Hanya dengan penyajian data memadai tentang masalah, pembaca semakin menghargai solusi yang diceritakan.
- Buktikan bahwa solusi itu sudah teruji dan berdampak
Jurnalisme solusi tidak boleh terjebak pada rencana, wacana, upacara seremonial, atau sekadar niat baik. Lebih dalam dari itu, jurnalis harus mampu membuktikan bahwa praktik baik yang ditulis sudah betul-betul teruji dan berdampak. Rentang waktu praktik baik itu bisa menjadi salah satu acuan, karena menunjukkan konsistensi dan ketekunan, meski bukan sebuah kemutlakan. Untuk mengukur dampak, wartawan harus memperolehnya dari orang atau pihak lain. Yang harus diingat, jurnalisme solusi tidak seperti feature atau tulisan khas yang kadang puas dengan satu narasumber.
Untuk menuliskan kisah para penyelamat binatang (anjing dan kucing) di Bandung, contohnya, kita harus mendapatkan juga kesaksian dari mereka yang pernah mendapatkan manfaat dari kerja komunitas ini. Contohnya, warga yang kehilangan kucing piaraan dan binatang tersebut telah diselamatkan oleh anggota komunitas. Atau anak-anak yang memperoleh kucing piaraan dengan cara mengadopsi binatang yang sebelumnya diselamatkan dari jalanan.
Atau, untuk menampilkan dampak kemah lintasiman bagi anak-anak muda, kita ceritakan bagaimana para alumninya membentuk komunitas-komunitas baru di lingkungan tinggal mereka masing-masing. Kesaksian tentang kiprah komunitas-komunitas baru itu memperjuangkan toleransi bisa diperoleh dari tokoh-tokoh setempat.
ayo baca
- Jangan berhenti di inspirasi, temukan pola untuk direplikasi
Jurnalisme solusi tidak berhenti pada pemberian inspirasi. Ia melangkah lebih jauh dengan menjelaskan pola atau cara kerja sehingga sebuah solusi bisa diterapkan di tempat lain. Untuk sampai ke sana, penting bagi jurnalis untuk betul-betul menguasai topik dan melengkapi laporan dengan banyak bukti dan data. Wawancara-wawancara dilakukan untuk mengungkap sejelas mungkin unsur ‘bagaimana’ atau how dalam setiap solusi.
Misalkan, ada komunitas warga atau yayasan yang menyediakan secara gratis rumah singgah bagi para keluarga pasien kanker anak yang berobat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Kota Bandung. Jurnalis harus mengorek informasi bagaimana praktik baik itu dimulai serta bagaimana komunitas itu memperoleh dana untuk mengelola rumah singgah. Kalau sumber dana datang dari para donor, siapa saja mereka dan datang dari kalangan mana saja. Jelaskan juga bagaimana komunitas merawat kepercayaan para donor. Kalau mereka membuat kegiatan-kegiatan amal, apa saja itu.
- Turun ke lapangan, buatlah sebuah kisah yang hidup
Untuk membuat sebuah karya jurnalisme solusi, wartawan harus turun ke lapangan untuk mengamati lokasi dan menemui sebanyak mungkin narasumber. Kerja yang demikian ini adalah kerja jurnalisme mendalam. Hanya dengan ketekunan mereportase di lapangan, wartawan bisa menghasilkan sebuah kisah yang hidup.
Jurnalis sangat mudah terpapar informasi tentang ‘hal baik’ atau ‘hal positif’. Siaran-siaran pers, entah dari pemerintah atau institusi-institusi lain, biasanya berisi hal-hal baik yang telah mereka kerjakan atau yang sedang mereka rencanakan. Untuk menghasilkan karya jurnalisme solusi, wartawan tidak bisa berhenti di sana. Kerja verifikasi, yang menjadi inti setiap kerja jurnalistik, harus dilakukan secara ketat dengan tetap patuh pada kode etik.
- Tidak ada solusi paripurna, sebutkan juga keterbatasan-keterbatasan
Jurnalisme solusi tidak menyodorkan sebuah solusi sebagai sesuatu yang ideal, yang paripurna, dan yang tidak ada kekurangannya. Justru menjadi tugas kita sebagai jurnalis untuk menemukan lalu menyebutkan juga keterbatasan yang dimiliki setiap solusi.
Sebuah terobosan kreatif memanfaatkan ban bekas sebagai sarana permainan anak-anak di kawasan kumuh, misalnya, berisiko membahayakan keselamatan jika tidak dirawat dengan baik. Jangan lupa, ada kawat di dalam karet ban.
Atau, tren kemah lintasiman bagi para anak muda untuk memperkuat toleransi ternyata masih berpusat di kota-kota besar. Jangkauannya belum cukup kokoh di daerah-daerah pinggiran. Padahal, masalah intoleransi ditemui juga di sana.