Toko Warenhuis de Vries, Cikal Bakal Ramainya Kawasan Braga

Gedung Warenhuis de Vries di persimpangan Jalan Braga-Asia Afrika, Kota Bandung, yang kini difungsikan sebagai kantor cabang bank swasta. (Ayobandung.com/Nur Khansa Ranawati)
LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- Anda yang kerap mengunjungi kawasan Jalan Braga dan Asia Afrika, Kota Bandung, mungkin sangat familiar dengan sebuah gedung bercat krem yang berada di depan persimpangan kedua jalan tersebut. Dengan masih mengadopsi gaya arsitektur lamanya, gedung yang kini beroperasi sebagai kantor cabang salah satu bank swasta tersebut merupakan salah satu landmark atau penanda kawasan Braga-Asia Afrika.
Sebelum menjadi bank, gedung yang dinamai Warenhuis de Vries tersebut awalnya merupakan sebuah toko serbaada milik pria kebangsaan Belanda dengan nama belakang "de Vries". Dia datang ke Kota Bandung sekira tahun 1895 dan mendirikan serupa toko kelontong di tepi Jalan Raya Pos atau Grote Postweg.
Menurut Sudarsono Katam dalam Album Bandoeng Tempo Doeloe, bangunan toko tersebut telah ada sejak 1895. Gaya arsitektur yang diadopsi pada bangunan tersebut adalah Oud Indisch Stijl atau gaya Klasik Indies. Salah satu cirinya adalah memiliki tiang-tiang kolom yang besar.
Bangunan ini kemudian dipugar biro arsitek Edward Cuypers Hulswitt. Pria tersebut kemudian menyewa bangunan ini dan memindahkan bisnis toserbanya dengan nama sesuai dengan nama belakangnya.
Warenhuis de Vries kemudian menjadi toserba yang dikenal di seluruh penjuru kota. Salah satunya karena toko tersebut tergolong toko paling lengkap dan besar yang ada kala itu. Hampir menyerupai sebuah mal kecil.
Beberapa barang yang didagangkan di toko tersebut meliputi kebutuhan alat rumah tangga, barang pecah belah, barang-barang fesyen, alat tulis, serta obat-obatan. Sebelum menjadi toko, gedung ini juga sempat menjadi pusat perkumpulan para elite Belanda dan para tuan pemilik perkebunan teh atau Preanger Planters.
Para elite tersebut, yang tergabung dalam perkumpulan "Societeit Concordia", kerap berkumpul di gedung itu untuk kongko dan minum teh. Namun pada 1885, lokasi tempat mereka berkumpul berpindah ke gedung yang kini menjadi Gedung Merdeka.
ayo baca

Barulah pada 1899, de Vries memindahkan bisnis toserbanya ke lokasi tersebut. Konon, ramainya aktivitas perdagangan di Warenhuis de Vries inilah yang menjadi cikal-bakal kawasan Braga dan Asia Afrika sebagai pusat kegiatan ekonomi kota kala itu.
Ramainya para elite Belanda yang bertandang ke Warenhuis de Vries menjadikan kawasan di sekitarnya berangsur-angsur hidup. Restoran, hotel-hotel, bioskop hingga bank muncul kemudian.
Lama setelah masa kemerdekaan Indonesia, gedung ini disebut pernah beralih fungsi menjadi berbagai toko, seperti toko pakaian hingga rumah makan padang. Warenhuis de Vries menjadi bangunan tak berpenghuni pada 1990-an.
Pada 29 April 2011, Warenhuis de Vries 'dihidupkan kembali'. Bank OCBC NISP menggunakannya sebagai tempat operasional cabang, meski tidak seluruh bagian gedung difungsikan sebagai kantor.
ayo baca
Saat ini bagian lantai dasar gedung tersebut berfungsi sebagai museum kecil yang berisi barang antik yang tidak dibuka untuk pengunjung umum. Gedung ini juga dikabarkan memiliki sebuah lorong yang fungsinya belum diketahui.