"Loving Vincent", Nominator Oscar dan Film Animasi Lukisan Pertama di Dunia

Cuplikan film Loving Vincent (2017)
BUAHBATU, AYOBANDUNG.COM – Ada yang menarik dalam Piala Oscar 2018 ini. Loving Vincent, film animasi pertama di dunia yang sepenuhnya dilukis dengan tangan, mewarnai nominasi kategori film animasi terbaik. Film itu dibuat dalam 65.000 bingkai gambar yang dilukis menyerupai gaya goretan Vincent van Gogh.
Satu detik dalam film berdurasi 93 menit ini mewakili rata-rata 12 bingkai gambar yang dilukis dengan tangan. Diprediksi, film tersebut menghabiskan anggaran sedikitnya US$ 5,5 juta atau setara dengan Rp75,65 miliar. Jumlah itu 30 kali lebih sedikit dari biaya pembuatan film Coco, salah satu rivalnya dalam Oscar.
Bagi sang sutradara, Dorota Kobiela, Loving Vincent menjadi pengorbanannya selama tujuh tahun untuk mendedikasikan diri gairahnya pada sinema dan seni lukis.
“Gaya Van Gogh sangat cocok untuk proyek ini. Lukisannya menunjukkan semua rincian hidupnya, kebiasaan sehari-hari, rumahnya, kamarnya, teman-temannya,” ujar Kobiela sebagaimana melansir The Strait Times.
Sebelumnya, Kobiela dan asisten sutradara Hugh Welchman pernah mendapuk Piala Oscar pada tahun 2008 lalu untuk film animasi pendek Peter and the Wolf.
<iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/CGzKnyhYDQI" frameborder="0" allow="autoplay; encrypted-media" allowfullscreen></iframe>
“Kami adalah underdog!” kata Welchman. Biasanya, film-film produksi Disney dan Pixar selalu memenuhi kategori film animasi dalam PIala Oscar. Meski begitu, Kobiela dan Welchman percaya diri jika Loving Vincent yang diproduksi tahun 2017 lalu ini merupakan salah satu “gangguan berbahaya” untuk Piala Oscar tahun ini.
Setelah lima tahun mempersiapkan produksi, dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi 125 seniman dari seluruh dunia untuk mengirimkan karyanya kepada Kobiela.
Bekerja di sebuah studio besar di Gdansk, sebuah kota pelabuhan di Polandia, mereka menjadikan cat minyak sebagai bahan utama penciptaan gambar setiap bingkainya.
Film ini mencakup representasi lukisan Van Gogs yang paling kesohor seperti “The Starry Night”. Sebagaimana diketahui, Van Gogh dikenal dengan keberaniannya menghadirkan warna, pulasan yang kasar, tapi bersemangat. Ia dianggap sebagai salah satu pelukis paling revolusioner pada abad ke-19.
Melukis film berdurasi 93 menit ini merupakan tugas yang amat membutuhkan ketelitian. “Kecepatan kerja sangat lambat. Rata-rata seperempat detik dari film dikerjakan sehari,” kata Kobiela. Setiap seniman rata-rata menyelesaikan enam lukisan per hari.
Bagi Kobiela, kualitas gambar yang dilukis ini melampaui kemampuan animasi digital. Jika dalam dunia animasi digital kita sering bermasalah dengan ekspresi wajah yang terbatas, tidak dengan cara lukis tangan. “Dalam lukisan cat minyak kita bisa menunjukkan ekspresi yang lebih besar lagi,” katanya.
Loving Vincent mengeksplorasi kisah hidup Van Gogh dan kematiannya. Dalam naskah yang ditulis oleh Pole Jacek Dehnel, narasi mengikuti Armand Roulin, anak dari tukang pos, Arles, yang menjadi subyek beberapa lukisan Van Gogh.
Meragukan Van Gogh bunuh diri, Armand pergi ke Paris untuk mengetahui lebih banyak tentang kematiannya.
Kini, film itu telah ditonton lima juta orang di seluruh dunia. Kobiela dan Welchman diam-diam sudah memikirkan apa proyek mereka selanjutnya. Barangkali sebuah film horor yang didasarkan kembali pada cat minyak di atas kanvas.
Loving Vincent bersaing meraih Piala Oscar 2018 untuk kategori film animasi terbaik melawan beberapa film di antaranya Coco, The Boss Baby, The Breadwinner, dan Ferdinand. Perhelatan Academy Awards sendiri bakal digelar pada Senin, 5 Maret 2018 pagi hari waktu Indonesia.