Demonstran: Sibuk Kerja Lupa Bercinta
Senin, 1 Mei 2017 12:32 WIB
Arfian Jamul Jawaami

Masyarakat Kota Bandung selalu memiliki cara yang berbeda dalam mengkomunikasikan sebuah gagasan terlebih ketika menyikapi peringatan Hari Buruh Internasional, Senin (1/5/2017).(Arfian)
BANDUNG, AYOBANDUNG.COM--Masyarakat Kota Bandung selalu memiliki cara yang berbeda dalam mengkomunikasikan sebuah gagasan terlebih ketika menyikapi peringatan Hari Buruh Internasional, Senin (1/5/2017).
ayo baca
"Tesisnya itu kapitalisme adalah menghisap dan anti tesisnya adalah melawan penghisapan tersebut," ujar Buli Ju. Buli Ju bersama gerakan Kolektif yang Beraktifasi (Kolektifa) memaknai perayaan Hari Buruh Internasional dengan menghimpun ratusan pemuda dengan beragam latar belakang. Sebagian besar massa aksi merupakan mahasiswa namun juga terdapat sejumlah pegawai perbankan, petugas keamanan, buruh, dan wartawan. "Semua orang yang bekerja untuk dibayar dan tidak memiliki alat produksi adalah buruh," ujar Humas Kolektifa Dedi Muin. Undangan aksi disebar kolektifa secara viral di berbagai aplikasi media sosial karena gerakan tersebut memang dibuka untuk umum. Dalam undangan aksi disematkan agar menggunakan pakaian serba hitam sebagai bentuk sikap yang netral. "Hitam berarti tidak mewakili warna apapun. Tidak mewakili golongan apa pun," ujar Dedi Muin. Buli Ju mengungkapkan jika peringatan May Day bukan hanya perayaan dan momentum belaka. Lebih besar dari itu karena merupakan bentuk perlawanan terhadap kebijakan yang merugikan kaum pekerja. "Jangan hanya satu hari May Day lalu enggak ada lagi. Perlu menjaga momentum dan perlawanannya," ujar Buli Ju. Menyikapi surat edaran dari Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Hanif Dhakiri pada seluruh gubernur berkaitan dengan pelaksanaan May Day yang diharapkan berjalan dengan harmonis, kekeluargaan, dan aman memunculkan berbagai pendapat dari massa aksi. "Pemerintah jangan ajarkan kami bagaimana cara merayakan Hari Buruh Internasional," ujar salah satu peserta aksi Randy Aprialdi. Terlebih saat ini, lanjut Randy, mulai kembali adanya pelarangan untuk berserikat. Karena masyarakat dihinggapi ketakutan akan adanya potensi gerakan komunis. "Maka jangan sampai seperti orde baru," ujar Randy Aprialdi. Massa demonstran gabungan Kolektifa dan berbagai kelompok tanpa bendera berkumpul di Taman Pasopati sebelum melakukan sejumlah aksi di Taman Cikapayang dan bergabung dengan massa aksi lain di Gedung Sate Bandung.
Editor: Adi Ginanjar Maulana