Delapan Nominasi Oscar Sepanjang Sejarah yang Tak Luput dari Sorotan Kritikus

Piala Oscar (REUTERS/Brendan Mac Dermid)
BANDUNG, AYOBANDUNG.COM -- Gelaran anugerah Piala Oscar telah lama dianggap sebagai salah satu penghargaan terbesar bagi insan dunia perfilman dunia. Tak heran jika kemudian nama-nama peraih Piala Oscar itu selalu menjadi rujukan.
Namun, rupanya pilihan-pilihan top Piala Oscar itu pun tak luput dari celoteh sinis para kritikus film. Bahkan, apa yang diraih para pemenang Piala Oscar itu dianggap banyak kritikus film bukan sebagai satu keberhasilan.
Nah, dilansir dari Entertainment Weekly, berikut karya-karya jebolan Piala Oscar yang dipertanyakan para kritikus :
Suicide Squad (2016)
Vanity Fair menyebut film besutan David Ayer ini sebagai film yang jelek dan membosankan. Sementara TIMES mengatakan bahwa pintu masuk Harley Quinn adalah momen terbaik dari Suicide Squad, namun lebih dari itu Anda dapat meninggalkan film itu. Namun, apa lacur, Suicide Squad malah memenangkan Best Make Up and Hair Styling dalam Piala Oscar 2017 kali ini.
Fifty Shades of Grey (2015)
Rolling Stone menganggap film ini terlau membosankan dan terlalu sopan untuk urusan urusan-urusan erotik. Film ini juga mendapatkan kritikan keras di seluruh dunia. “Jamie Dorman terlalu lemah untuk membentuk karakter, dimana saya maksud salah satunya figur Lego,” kata The New York Times. Bahkan, jurnalis sekaligus kritikus film, A.O Scott menyebut bahwa Jamie Dorman adalah seorang miliarder yang gemar melamun. Tapi berbagai kritik ini rupanya tak mempengaruhi tim penilah Academy Award. Dalam Piala Oscar 2016, Fifty Shades of Grey meraih Best Original Song.
Pearl Harbour (2001)
Kritikus film Amerika, Robert Egert mengatakan, drama sejarah ini adalah tak ubahnya sebuah film berdurasi super panjang dengan efek yang berlebihan dan kisah cinta yang dangkat. Tapi, Academy Award justru merasa film itu layak untuk nominasi Best Sound Mixing, Best Visal Effects, dan Best Sound Editing.
Norbit (2007)
Film yang dibintangi Eddie Murphy ini tidak hanya dituduh gagal menjadi untuk menjadi lucu, tapi juga terlihat ofensif dalam beberapa hal. “Film ini tampaknya sebuah mimpi buruk yang aneh dari amukan seorang feminis dengan lelucon-lelucon kotornya,” ujar jurnalis film Michael Wilmington dari Chicago Tribune. Meskipun begitu, karakter seorang obesitas dari seorang Rasputia ternyata masih cukup untuk membuat film ini mendapatkan nominasi Best Make Up.
The Transformer : The Revenge of The Fallen (2009)
Lagi-lagi, Robert Egert menyebut sekuel Autobot ini sebagai pengalaman mengerikan yang cukup panjang dan tak tertahankan. Dan, sentimen itu diterima hampir semua kritikus film dunia. “Film ini seperti neraka. Waktu dimana anak-anak dipaksa melihat penghancuran rumah dan melakukan serangan tak berujung,” tulis Mary Pols dari TIMES. Namun seperti film action pada umumnya, Revenge of The Fallen justru malah mendulang piala Best Sound Mixing.
Waterworld (1995)
Meskipun tidak disorot sebagai nominasi Oscar yang mengejutkan, film thriller apokaliptik ini tidak mendapatkan jenis ulasan yang diharapkan. The New York Times menyebutnya sebagai film yang besar, kuat, aneh, diselingi aksi laga yang berani namun sembarangan, tapi masih menarik.” Yayaya, film ini memang menarik sebagai nominasi Best Sound Mixing.
Hollow Man (2000)
“Pada akhirnya judul memang paling mengungkapkan isi film. It’s hollow, man (Hampa),” tulis Susan Wloszcyna untuk USA Today merujuk pada definisi ‘hampa’ yang tertera pada judul film. Kritikus lain pun mengalami kekecewaan yang serupa dengan film thriller yang satu ini. Meskipun begitu, Hollow Man diakui sebagai Best Visual Effect.
Click (2006)
“Film itu dijual sebagai film komedi. Tapi tahukah kamu? Ini tidak lucu,” ujar kritikus film, Rogert Ebert. Namun Click justru muncul di antara nominasi Best Make Up.